Kamis, 04 Mei 2017

Keadilan

Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini antara lain kemiskinan, korupsi, kesenjangan, ketidakadilan dan lain sebagainya. 3 cara pandang melihat masalah ini karena : teknis ekonomi, perspektif politik (rezim sudah banyak berganti namun keadaan tetap sama/tidak berubah) dan filosofis radikal dimana bukan hanya teknis ekonomi dan perspektif politik saja tetapi karena sistem (terbentuknya sekularisme dan kapitalisme). 

Seperti yang kita ketahui kapitalisme mendorong kesenjangan dan berdampak luas bagi kehidupan. Orang kaya akan semakin kaya, dan kekuasaan hanya akan dipegang oleh segelintir elite. Untuk itu, harus ada perubahan sistem untuk mengatasi kerusakan-kerusakan ini karena kerusakan merupakan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.

Ada 2 jenis kerusakan yaitu kerusakan personal (berasal dari diri sendiri) dan kerusakan komunal (penerapan sistem kapitalis, politik liberalis, budaya hedonis, westernis). Allah SWT memperlihatkan segala kerusakan agar kita kembali ke jalan yang benar karena di dalam setiap masalah pasti ada hikmahnya. Di dalam surah Ar Rum 41 dikatakan : "telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Ketika kapitalisme terus menerus dibiarkan, pemilik modal yang tadinya menguasai ekonomi akhirnya mewabah menguasai politik. Yang terjadi bukan untuk kedaulatan rakyat namun kedaulatan bagi pemilik modal yang menguasai unsur-unsur penting negara termasuk media massa sebagai penguasa market, sehingga terjadilah korporatokrasi. Korporatokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dikendalikan, dikuasai atau dijalankan oleh beberapa korporat. Para korporat ini biasanya para pengusaha kaya raya atau konglomerat yang memiliki dana lebih dari cukup untuk mengendalikan kebijakan-kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya, dll dalam suatu negara. Secara praktis, biasanya para konglomerat merupakan donator atau penyumbang utama yang menghidupi para politikus, pejabat-pejabat militer dan kepala-kepala instansi suatu negara. Sehingga contoh yang bisa kita lihat dimana pengadilan dikuasai pemilik modal, partai politik dikuasi pemilik modal, proses politik pun juga cerminan dari para pemilik modal. 

Situasi seperti inilah yang sedang dihadapi di Indonesia. Persoalan sederhana yang seharusnya bisa diselesaikan, namun berlarut-larut tidak kunjung usai. Jika kita ingat ke belakang, dulu juga ada penista agama seperti Aswendo dan Lia Eden. Tapi kasus mereka bisa diselesaikan dengan cepat. Namun apa yang terjadi pada penista agama kali ini? 'Dia' ibarat kuda troya yang menjadi tunggangan pemilik modal yang memiliki cita-cita tidak hanya menguasai ekonomi tetapi juga politik. Akibatnya, proses hukum menjadi berlarut-larut, dimana proses-proses dan langkah-langkah yang diambil sangat menusuk nurani kita karena telah menghancurkan rasa keadilan. Hal ini tidak lain karena peran sang pemilik modal yang telah menggilas etika hukum. 

Penuntut keadilan yang menjalankan aksi bela agama malah dicari-cari kesalahannya. Ini disebut kriminalisasi, dimana orang yang benar disalahkan dan orang yang salah dilindungi. Dengan istiqomah mereka pegang teguh tauhid untuk tetap mempertahankan sebuah kebenaran dan keadilan walau menghadapi kesulitan dan kesusahan. Siapa saja yang melakukan pengorbanan untuk mempertahankan agama akan mendapat keampunan dan kemuliaan di sisi Allah SWT dan setiap pendurhakaan kepada Allah SWT pasti akan mendapat balasan di dunia dan akhirat. 

Lihat kisah Habib Al Najjar dalam surah Yasin 27-29. Seseorang dibunuh secara kejam hanya semata-mata karena menyuruh tauhid mendapat kemuliaan di sisi Tuhannya di atas keimanan dan keikhlasannya. Sebagai ganjarannya dia dimasukkan ke surga dan balasan terhadap pendustaan risalah RasulNYA dan kezaliman yang dilakukan, Allah SWT membinasakan kaum tersebut dengan satu teriakan yang dasyat menyebabkan mereka mati bergelimpangan. Ketidakadilan yang dibiarkan terus menerus justeru akan memunculkan ketidakadilan-ketidakadilan yang baru. Bersiap-siaplah karena rezim yang tidak adil juga akan hancur suatu saat nanti.  



(Kesimpulan dari ceramah Hizbut Tahrir Indonesia, 25 April 2017 dan pengajian keluarga, 23 April 2017) 

Pengalaman Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat Jasmani dan Rohani serta Bebas Narkoba di RSU Pirngadi Medan

Tanggal 26 Juli 2019, sekitar jam 9 pagi saya mendapat WA dari bagian kepegawaian kampus untuk melengkapi berkas salah satunya adalah mengur...