Naek kereta api tut tut tut. Itulah judul yang pas buat blog gw kali ini. Alhamdulillah kali ni gw nulisnya di alam sadar dan cukup waras. Tulisan ini adalah sebuah tulisan seorang cewek narsis yang pengen banget bisa jadi presiden yang punya mimpi dan keinginan supaya negaranya bisa lebih baik. Disamping itu, ada juga kritikan buat pemerintah. Wow, serasa flashback waktu nulis tesis S2 gw hihihi.
Bersama Apri, si Kumar, gw pergi meninggalkan Medan beberapa jam buat menjelajah ke Binjai naik KA baru. Tujuannya simple, gw mau liat gimana kondisi stasiun Medan, KA baru Seri Lewangsa dan keadaan sekitar daerah pinggir rel. Udah jadi cita-cita gw buat peduli sama negara karena menurut gw, pemerintah masih gagal buat majuin bangsa ini.
Jam 9.15 gw tiba di stasiun, liat jadwal keberangkatan ke Binjai jam 9.50 di sebuah papan kaca. Gw segera ke loket buat beli tiket yang pelayanannya masih manual. Beda lah sama di luar negeri yang udah gunain mesin dan ga ada istilahnya emak-emak menyemak sibuk nanyain jadwal keberangkatan karena semua informasi udah tertera jelas. Setelah tiket seharga Rp 3000 dibeli, gw sempat celingak celinguk karena minimnya petunjuk informasi. Akhirnya gw bertanya dengan seorang pejaga KA dimana platform yang bakal gw naikin untuk ke Binjai. Ternyata di platform 2. Setelah menunggu di platform 2 tapi tiba-tiba diinformasikan bahwa KA ke Binjai berubah ke platform 1. Gw segera turun ke bawah buat ngejar ke platform 1.
Di atas KA dan 5 menit sebelum berangkat, gw sempat liat keadaan KA Seri Lewangsa ini. Non AC sih, tapi lumayan bersih. Ga ada bau pesing dan bebas pedagang kaki lima. Ga kayak KA yang beberapa tahun yang lalu gw naikin ke Tanjung Balai (ampun, itu perjalanan serasa mimpi buruk selama hidup gw). Sistem tempat duduk di KA ini terdiri dua bangku dan keadaannya masih baik. Gantungan untuk penumpang berdiri juga masih berfungsi baik. Tapi beberapa kaca jendela ada yang retak, ga tau sebabnya apa. Terlintas di fikiran gw sama perdebatan tentang apakah masyarakat kita siap dikasi fasilitas yang lebih baik? Beberapa pandangan yang gw dapat masih nilai pesimis karena menurut mereka, masyarakat kita kalau dikasi fasilitas baik, kalau ga dicuri pasti dirusak. Tapi menurut gw, udah saatnya mental masyarakat di 'press' dengan aturan yang ketat. Misalnya dilarang bawa barang-barang yang bisa bikin KA kotor atau bau. Penumpang yang mencuri atau merusak fasilitas, dikasi sanksi yang berat. Kalau terus pesimis buat nurutin statement umum 'masyarakat kita belum siap untuk itu' mau sampai kapan donk?? Udah saatnya kita berubah. Ubah mental bangsa. Kenapa kita bisa tertib dan mau ngantri di luar negeri, tapi begitu kembali di negara sendiri, kita balik ke kebiasaan serba mau duluan?
Menurut gw usaha pemerintah untuk ngatasin masalah macet masih belum maksimal. Hari gene masih ngandelin jalan darat? Gw setuju kalau transportasi umum diubah ke KA (KA bukan hanya jadi kendaraan antar kota aja). Gw ngerti sih, ga mudah buat ngebangun KA bawah tanah di negara ini. Tapi ga ada salahnya, dengan KA yang sudah lumayan ok itu, kenapa ga dimaksimalkan sungguh-sungguh? Terus terang, gw ngeritik kendaraan andalan orang Jakarta, Trans Jakarta. Berapa banyak TJ ngambil ruas jalan? Yang ada, Jakarta makin macet luar biasa. Kesalahannya sih simple. TJ masih ngandalin darat. Yang kedua, intensitas datangnya armada masih super duper lama. Seharusnya, tiap 5 menit sekali armada datang, mau ada penumpang apa enggak yang penting terus tetap jalan. Jadi penumpang ga sampai menumpuk, apalagi harus menunggu datangnya armada sampe 30 menit-1jam. Bikin bosan kan? Jadi ga usah heran deh kalau kebanyakan masyarakat kita lebih suka naik kendaraan pribadi dan masih belum mau beralih ke kendaraan umum karena solusi pemerintah juga tanggung-tanggung gitu sih. Terus yang ketiga, keamanan dan kenyamanan kendaraan umum juga harus diperhatikan. Gw di sini bukan ngasi teori belaka, tapi gw udah ngerasain gimana aman dan nyamannya naik kendaraan umum di luar negeri, dan waktu gw juga ga habis buat menunggu.
Back to the point KA yang udah saatnya jadi transportasi umum buat ngehindari macetnya jalanan. Untuk merealisasikannya jangan tanggung-tanggung. Gw liat usaha pemerintah buat ngebenahi keadaan KA di negara ini, udah lumayan. Nah kenapa ga diteruskan? Menurut gw, perlu dibangun perhentian tiap rel yang akan dilewati. Ga perlu bangunan besar yang penting bisa jadi perhentian, toh KA kan jalannya bebas hambatan. Tujuannya supaya memudahkan kita untuk naik di perhentian terdekat, jadi kita ga perlu harus naik dari stasiun pusat. Itu baru solusi yang tepat menurut gw. Gw yakin kalau sistem operasinya benar, ketepatan waktu, fasilitas yang memadai (walau non AC sekalipun), keamanan dan kenyamanan diperhatikan, masyarakat akan sadar dan segera beralih ke kendaraan umum. Di sisi lain, bisa bikin turis mau datang kemari kan?
Observasi gw selain tentang keadaan KA adalah memperhatikan keadaan rumah-rumah dipinggiran rel. Masih banyak masyarakat kita yang hidupnya menengah ke bawah. Miris banget ngeliatnya. Katanya jumlah kemiskinan berkurang. Aaah tipu-tipu aja. Pengen banget rasanya gw seret pemerintah naik kendaraan umum terus ngebuka mata mereka lebar-lebar tentang keadaan masyarakat kita. Menurut gw, pemerintah ga peduli dan ga tau. Yang mereka mau cuma memperkaya diri sendiri. Urusan rakyat, mampus situ deh. Kondisi negara ini ibarat sebuah kehidupan dunia yang penuh dengan senda gurau belaka. Segenggam kekuasaan lebih berharga dari sekeranjang kebenaran karena penguasa bisa merubah sejarah dan memutarbalikkan fakta. Pemerintah ga pernah tau karena mereka selalu diservis naik mobil mewah. Kalau mereka lewat, dikasi prioritas buat jalan. Sirine bising ngiung-ngiung cuma nunjukkin betapa arogannya pemimpin kita. Jadi mana pernah pemerintah ngerasain susah, macet, panas dan desak-desakan?
Udah saatnya kita cabut infus krisis mental stadium 4 ini. Selama ini, kita sudah begitu terlena di zona ‘comfort’ yang cuma bisa nerimo keadaan dan buat kita ga punya inovasi buat berubah. Make Indonesia to be a better country. If we try, we shall see..!! ^______^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar