Sabtu, 07 November 2015

Masyarakat Minangkabau


MASYARAKAT MINANGKABAU


           Hampir seluruh masyarakat Minangkabau menganut agama Islam. Penerapan agama Islam sangat terasa karena mereka percaya kepada Tuhan sebagaimana yang diajarkan dalam agama Islam. Karena kuatnya pengaruh Islam, orang Minangkabau juga menggunakan prinsip menurut syarak/hukum yaitu Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, yang artinya adat berdasarkan kepada hukum dimana hukum berdasarkan Al Qur’an dan hadist. Akan tetapi, sebagian lagi masyarakatnya masih percaya kepada hal-hal gaib seperti hantu-hantu yang dianggap mendatangkan bencana dan penyakit. Untuk membantu menghindar dari segala bencana dan penyakit, mereka meminta pertolongan dari seorang dukun.
     
          Pada zaman dulu, masyarakat Minangkabau memiliki upacara-upacara yang dianggap suci, dimana sekarang upacara tersebut telah dilupakan karena dianggap kurang sesuai dengan ajaran Islam.                      Masyarakat Minangkabau menarik garis keturunan menurut garis Ibu yang disebut dengan matrilineal. Dimana garis matrilineal ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Menarik garis keturunan dari Ibu
  • Suku/marga menurut suku/marga Ibu
  • Pusaka tinggi turun dari mamak ke kemenakan
  • Bersifat matrilokal ; apabila seorang pria ingin melamar seorang wanita,               maka ia harus datang ke rumah wanita tersebut untuk meminangnya.
  •  Perkawinannya eksogami ;  yaitu kawin di luar suku maksudnya perkawinan antara pria dan wanita harus dari ras, suku bangsa dan klen yang berbeda.
  • Memakai prinsip sehina semalu, senasib sepenanggungan yang artinya sama-sama menjaga martabat seiya sekata. Dengan kata lain berat sama di pikul, ringan sama di jinjing (susah dan senang sama dirasa).
                                  Di dalam masyarakat Minangkabau, Ibu atau kaum wanita mendapat kedudukan yang tinggi, karena mempercayai hukum alam bahwa yang melahirkan adalah seorang ibu/wanita. Maksudnya, di dalam tatanan keluarga masyarakat Minangkabau, di identikkan dengan lima jari tangan dimana kedudukan ibu jari di ibaratkan sebagai kedudukan seorang ibu. Segala kegiatan akan kurang sempurna apabila peran ibu jari tidak ada. Hal ini sejalan dengan peran ibu yang sangat menentukan di kelurga dalam setiap pengambilan keputusan.      
                Di dalam masyarakat Minangkabau kedudukan ayah hanya dianggap keluarga lain dari keluarga istri dan anaknya. Demikian juga halnya seorang anak dari seorang laki-laki akan termasuk keluarga lain dari ayahnya. Maka dari itu peran keluarga batih menjadi luntur dan bukan merupakan kesatuan yang mutlak. Dengan kata lain keluarga batih hanya memegang peranan dalam hal pendidikan dan masa depan anak-anak, jadi bukan untuk pembangunan keturunan. Sekelompok keluarga yang sekaum/satu turunan membentuk keluarga kecil yang dibentuk atas dasar prinsip di atas yang disebut dengan paruik.      
               Mengingat ayah dianggap keluarga lain, kepentingan keluarga jatuh dan diurus oleh ninik mamak. Mamak yaitu saudara laki-laki pihak ibu. Tanggung jawab dan pimpinan untuk memperhatikan kepentingan keluarga sangat berperan kepada mamak. Lain halnya di masyarakat, unsur pimpinan di kalangan masyarakat Minangkabau terkenal dengan sebutan tigo tungku sejerangan yang terdiri dari kalangan Pemuka agama/ ulama, Ninik mamak, Cadaik candakio.      
                Salah satu ciri orang Minangkabau adalah gemar merantau yang mencerminkan sifat kemandirian dalam menghadapi tantangan hidup yang mengakibatkan mereka terkenal memakai prinsip Alam Takambang Jadikan Guru, yang berarti dalam menjalani hidup kita harus banyak belajar dari pengalaman, karena penalaran dan pengalaman adalah guru yang baik.                 
                Pada umumnya kegemaran merantau ini disebabkan karena :
  • Tanah pertanian tidak cukup memberi hasil atau mereka sadar bahwa dengan bertani mereka tidak dapat menjadi kaya.
  • Laki-laki Minang  yang tidak berhak menggunakan tanah warisan untuk kepentingan sendiri sehingga mencari tanah di tempat lain.
  •  Dengan kegiatan merantau ini, mereka dapat bekerja di sektor perdagangan, industri,  dan juga dapat mendapat kesempatan untuk menjadi pegawai di pemerintahan maupun di swasta.
  Kebudayaan Minangkabau  Sistem Kepercayaan/Religi 
                 Sebagian besar orang Minangkabau menganut agama Islam. Panutan hidup mereka berdasarkan apa yang diajarkan oleh agama Islam. Akan tetapi ada juga sebagian masyarakatnya percaya pada hantu-hantu, puntianak yang dianggap mendatangkan bahaya. Selain itu terdapat pula kepercayaan menggasing yaitu meminta tolong seseorang untuk merugikan orang lain dengan cara gaib.
       Di masyarakat Minangkabau dahulu, terdapat beberapa upacara seperti :
  • Upacara tabuik ; upacara memperingati kematian Hasan dan Husain di padang Karabela.
  • Upacara kitan dan katam ; upacara yang berhubungan dengan peringatan peralihan dalam lingkaran hidup manusia seperti upacara turun tanah dan upacara kekah.
  • Upacara selamatan untuk orang yang telah meninggal dunia.
Akan tetapi kesemua upacara tersebut telah ditinggalkan oleh masyarakat Minangkabau karena dianggap kurang penting bagi umum, dan kurang sesuai dengan ajaran Islam.  Sistem Kekerabatan            
                    Masyarakat Minangkabau menarik garis keturunan dari ibu yang disebut dengan matrilineal. Ibu atau kaum wanita mendapat kedudukan utama yang harus dihargai bagi kehidupan dimana dapat dilihat dari dua generasi di atas ego laki-laki dan satu generasi di bawahnya sehingga menghasilkan :1= ibunya ibu2= saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu3= saudara laki-laki dan perempuan ibu4= anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego5= saudara laki-laki dan perempuan ego6= anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu7=anak laki-laki dan perempuan saudar perempuan ego8= anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu                    Hal ini juga berlaku pada pembagian harta warisan dimana anak perempuan adalah orang yang paling  diutamakan karena ia lebih berhak dari anak laki-laki. Berbeda di dalam pemerintahan dan politik. Anak laki-laki adalah orang yang berhak mengambil keputusan setiap ada masalah yang harus dipecahkan.   
                  Di dalam masyarakat Minangkabau kewajiban dan tanggung jawab tidak terletak di pundak ayah, melainkan di pundak mamak yang merupakan saudara laki-laki dari pihak ibu. Kedudukan ayah hanya dianggap keluarga lain dari keluarga istri dan anaknya.  Sistem Politik
                 Kepala suku masyarakat Minangkabau disebut penghulu. Selain itu dibantu juga dengan dubalang dan manti, dimana tugas keduanya sama-sama menjaga keamanan kampung.
                Kesatuan pemerintah suku Minangkabau terbentuk di dalam nagari dimanadi dalamnya terdiri dari beberapa kampuang dan kesatuan masyarakat yang mengurus rumah tangganya secara otonom.
                Secara adat, sistem pemerintahan di Minangkabau dibedakan dalam dua sistem yaitu :
  • Laras Bodi-Chaniago ; identik dengan tokoh  Datuek Parapatiek nan Sabatang
  • Laras Koto-Piliang ; identik dengan tokoh Datuek Katumenggungan
  Sistem Ekonomi
                 Sebagian masyarakat Minangkabau hidup dari pertanian. Mereka mengolah sawah, menanam sayuran di daerah yang subur. Sedang di daerah kurang subur, mereka menanam pisang dan ubi kayu. Selain bertani mereka juga menangkap ikan sebagai mata pencaharian utamanya.
                 Untuk memenuhi kebutuhan hidup, pada umumnya orang Minangkabau suka merantau untuk dapat bekerja di sektor perdagangan, industri dan menjadi pegawai. Perkembangan sektor perdagangan di Minangkabau sudah meningkat karena dikuasai oleh orang Minagkabau itu sendiri. Tetapi untuk sektor Industri kecil, tidak begitu berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan-kerajinan tangan yang sudah mulai hilang dan sifatnya hanya merupakan pertunjukan bagi para wisatawan.  Sistem Kesenian
                  Sistem kesenian suku bangsa Minangkabau banyak mengambil ide-ide dari lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari :

  • Seni Bangunan ; berupa rumah adat yang terkenal dengan nama rumah  gadang. Rumah ini berbentuk panggung yang memanjang dan di dalamnya terdapat sejumlah ruangan. Ruangan tersebut bermacam-macam, antara lain biliek sebagai ruang tidur, didieh sebagai ruang tamu dan terdapat anjuang sebagai tempat tamu terhormat. Untuk    memudahkan aktivitas keluar masuk maka pintu rumah terletak di bagian tengah. Rumah Gadang ditopang oleh kayu besar yang ada di sejumlah ruangan dengan jumlah yang banyak.  Atap rumah Gadang biasanya terbuat dari ijuk dengan ciri utama lengkung atap yang disebut dengan gonjong (tanduk) yang berjumlah enam buah.

  • Seni Tari ; terdiri dari bermacam-macam jenis tarian antara lain tarian waktu memasuki rumah gadang dan tarian tradisional. Jenis-jenis tarian ini biasanya diiringi lagu dengan alunan dua buah gendang dan dua buah momongan.
  • Seni musik ; dapat dilihat dari alat musik khas suku Minangkabau yaitu saluang dan talempong. Saluang terbuat dari bambu yang mirip dengan suling. Sedangkan talempong terbuat dari kuningan yang terdiri dari sembilan atau dua belas deretan.
  • Seni Sastra ; terkenal dengan seni sastra pantun. Di dalam pantun sering berisi nasihat untuk dijadikan panutan. Akan tetapi seni sastra ini sudah hampir tidak dipergunakan lagi.
    Sejarah Terjadinya Istana Basa Pagaruyung                     Istana Pagaruyung adalah istana yang bentuknya sangat megah sehingga disebut dengan istilah Istana basa yaitu Istana Besar Pagaruyung. Istana yang berdiri megah ini bercorak ornamen-ornamen seni yang bercirikan khas Sumatera Barat. Hal ini dapat kita lihat dari ukiran-ukiran seni yang indah, baik di dalam maupun dari luar Istana.             
                   Istana Pagaruyung pernah menjadi lambang persatuan dan kesatuan. Pada tahun 1804 Istana Pagaruyung yang asli telah dibakar oleh VOC, Belanda. Semua barang / benda yang berharga di dalamnya dibawa ke negeri Belanda tepatnya di kota Den Hark. Apabila orang Minangkabau ingin memilikinya kembali, haruslah  menebusnya dengan sejumlah uang. Hal inilah yang membuat kita heran, mengapa harta milik kita yang telah dirampas, harus kita sendiri yang menebusnya untuk mendapatkannya kembali.    
                 Di lingkungan Istana terdapat rangkaian patah sembilan atau lebih dikenal dengan nama lumbung padi. Lumbung padi ini berfungsi untuk menyiapkan pasokan padi demi keperluan Raja, Permaisuri dan keluarga besar Istana.
                 Di dalam istana terdapat kaca-kaca kecil yang diletakkan di setiap sisi Istana (ruangan depan dan kamar tidur) dimana kaca ini berfungsi agar seluruh penghuni Istana (keluarga Istana) dapat bercermin setiap saat. Bercermin setiap saat di sini maksudnya, agar seluruh penghuni Istana sadar akan kekurangannya dengan bercermin pada dirinya sendiri sebelum mengejek kekurangan orang lain. 
                 Di dalam ruangan tempat tidur, terdiri dari beberapa bilik yang diperuntukkan bagi penghuni Istana. Dimana di dalam bilik tersebut terdapat tujuh lapis kelambu yang warnanya bermacam-macam. Maksud atau keterangan dari tujuh lapis kelambu merupakan perlambangan tujuh lapis langit.
                Sebutan untuk orang Minangkabau asli (penduduk asli) adalah mereka yang berdomisili di daerah Batu Sangkar, Bukit Tinggi, Payakumbuh dengan adat yang agak berbeda. Sedangkan yang tidak berdomisili di luar ketiga daerah tersebut, adalah bangsa pendatang (pesisir). 
                 Di dalam adat perkawinan, ada suatu tradisi dimana pihak perempuan yang meminang laki-laki  yang tradisi itu disebut menjempuik. Tradisi ini dilakukan masyarakat Minangkabau yang berdomisili di Padang kota, Pariaman, Si cincin, Bukit batu patah.  Sejarah Terjadinya Danau Kembar                  Cerita ini konon berawal dari pertengkaran dua orang raja antara Cangkuanku dengan Tiangbungkuk. Cangkuanku adalah raja yang baik hati dan sangat disukai rakyat. Pemerintahan kerajaan saat itu belum dipegang sepenuhnya oleh Cangkuanku, karena pada saat itu kerajaan sedang dipegang oleh ibunya yaitu Bundo Kanduang yang memiliki kelebihan yang dapat menghilangkan ingatan dan membuat seseorang tidak berdaya. Bundo Kanduang juga mempunyai bala tentara sangat kuat dan hebat  yang dikenal dengan nama Cinduamato.            
                  Di umurnya yang sudah dewasa, Cangkuanku mempunyai seorang tunangan yang sangat cantik bernama Putri Bungsu. Berbeda dengan Cangkuanku, Tiangbungkuk adalah raja yang mempunyai watak dan adab yang kurang baik. Ia mempunyai anak laki-laki yang bernama Imang Jayo. Imang Jayo memiliki kehebatan yang dapat mengirim angin topan dan badai.            
                 Suatu hari ketika Imang Jayo sedang berjalan-jalan, secara kebetulan ia melihat Putri Bungsu yang cantik itu. Ia pun merasa jatuh hati pada sang putri. Ia berusaha untuk dapat berkenalan dan berkeinginan untuk segera memilikinya. Akan tetapi jalan yang dilakukan Imang Jayo tidak sesuai. Ia mengambil jalan pintas dengan menculik Putri Bungsu dan melarikannya ke Jambi.            
                 Berita itupun akhirnya terdengar ke telinga Cangkuanku dan Bundo Kanduang. Cangkuanku sangat marah. Mendengar kejadian ini Bundo Kanduang langsung menurunkan bala tentaranya untuk membantu Cangkuanku merebut kembali sang putri.            
                 Sebelum pergi, Bundo Kanduang mengingatkan bahwa kejadian ini bukanlah hal yang mudah untuk segera diatasi. Bundo Kanduang bertanya kepada Cangkuanku, “ anakku apakah engkau perlu bantuan Ibu? ” lalu Cangkuanku berkata “ tidak usah Ibunda ”. Hati seorang ibu mana yang tidak merasa gelisah apabila anakknya sedang mengalami cobaan?.            
                Akhirnya pergilah Cangkuanku dengan tidak lupa membawa kudanya yang berwarna putih yang bernama Gumarang, dan seekor kerbau yang bernama si Binuang. Di bawah telinga kerbau itu terdapat Naning, berupa kantung yang berisi lebah berbisa. Sebelum Cangkuanku sampai di tempat Tiangbungkuk, para pengawal Tiangbungkuk banyak yang berjatuhan karena digigit oleh lebah berbisa yang keluar dari bawah telinga sang kerbau. Melihat para pengawal yang sudah berjatuhan, Imang Jayo terkejut dan langsung menantang Cangkuanku untuk berkelahi. Terjadilah perkelahian diantara mereka. Cangkuanku dibantu oleh kedua temannya yaitu kuda putih dan kerbau. Setelah terjadi perkelahian itu, akhirnya Imang Jayo mengalami kekalahan. Mendengar hal ini, Tiangbungkuk menjadi emosi. Ia pun keluar dan berhadapan langsung dengan Cangkuanku. Pertarungan pun berlangsung dengan hebatnya. Pada pertarungan ini, bala bantuan tentara Cangkuanku tidak ikut campur. Sementara Cangkuanku dan Tiangbungkuk berkelahi, bala bantuan seperti kuda, kerbau, dan beberapa orang bala tentara membawa putri bungsu kembali ke daerah asalnya.            
                  Ketika berkelahi, Tiangbungkuk berkata kepada Cangkuanku “ Wahai Cangkuanku, engkau tidak dapat membunuhku, karena aku hanya dapat dibunuh dengan keris berpatah tujuh yang terletak di bubungan Istana ”. Perkelahian itupun terus berlanjut dan pada akhirnya Tiangbungkuk tidak sadarkan diri. Dalam keadaan tidak sadarkan diri itulah kemudian Cangkuanku mengambil kesempatan untuk mengambil keris berpatah tujuh. Akhirnya dengan gigihnya, Cangkuanku dapat mengambil keris itu. Tak lama kemudian Tiangbungkuk sadar dari pingsannya. Ia terbangun dan terkejut melihat keris berpatah tujuh itu sudah berada di tangan Cangkuanku. Pertarungan kembali terjadi sampai akhirnya ke daerah Minangkabau yaitu sebuah daerah yang terletak diantara danau tersebut.            
                   Berakhirnya pertarungan itu ditandai dengan matinya Tiangbungkuk karena Cangkuanku berhasil menancapkan keris berpatah tujuh itu ke tubuh Tiangbungkuk. Dari tubuh Tiangbungkuk mengalir darah yang berwarna putih. Setelah kejadian itu, kemenangan sekarang berada di tangan Cangkuanku.            
                   Kerbau yang menjadi teman Cangkuanku, mandi di sebuah kubangan. Dari kerbau yang mempunyai kekuatan sakti itu tiba-tiba kubangan tersebut berubah menjadi sebuah sebuah danau. Danau tersebut terletak di sebelah atas. Sehingga disebut Danau di ateh. Lalu kerbau tersebut pindah ke kubangan yang berada di sebelahnya. Maka akhirnya kubangan tersebut lama kelamaan menjadi danau pula. Kali ini danau tersebut terletak di bawah. Sehingga disebut dengan danau di bawah. Sebutan untuk gabungan kedua danau ini lebih tepatnya adalah danau kembar.
     

Tidak ada komentar:

Pengalaman Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat Jasmani dan Rohani serta Bebas Narkoba di RSU Pirngadi Medan

Tanggal 26 Juli 2019, sekitar jam 9 pagi saya mendapat WA dari bagian kepegawaian kampus untuk melengkapi berkas salah satunya adalah mengur...