Jumat, 08 Juli 2011

Nekad Traveller 2

-BRUNEI DARUSSALAM 2007

Kisah ini bermula ketika saya masih menjalani pendidikan Magister masuk tahun kedua. Saya benar-benar penasaran dengan negara kaya ini. Ada apa aja di negara ini? Ketika orang lain sibuk berlibur ke Singapura dan Thailand, saya justru belok jauh ke negara Om Hasanal. Nekad dan coba-coba akhirnya dapat tiket PP dengan harga RM300 (waktu itu sekitar Rp 600.000-an, sama persis harga tiket Penang-Medan). Tak lupa survey hotel, online di kantin, buka situs, catat, tele-tele, pesan kamar deh. Dapatlah sebuah hotel bernama JUBILE yang di depannya tak jauh ada sebuah mesjid berkubah emas (Mesjid Omar Ali Saifuddien) termasuk salah satu list yang akan kami kunjungi. Personil backpacker ke Brunei kali ini hanya saya dan Sata saja.

Tiba tanggal yang dinantikan, kami berangkat. Berangkat Penang-KL menggunakan bis, sampai di Pudu Raya naik bis ke LCCT (airport). Setelah makan siang dan bersiap diri, check in, imigrasi, penerbangan pun dimulai. Ketika masuk ruang tunggu, tas yang saya bawa di scan, dan si bapak petugas sempat bertanya apa yang aneh di dalam tas saya. Ternyata babylist rambut hihihi :) Perjalanan KL-Brunei ditempuh selama 2,5 jam.

Begitu mendengar arahan akan landing, saya melihat ke bawah dari jendela kota Bandar Seri Begawan. Rasa penasaran sudah lama saya rasakan sejak kecil ketika mendengar ramalan cuaca di berita malam jam 19.30. Tapi yang saya lihat kok daun-daun pisang semua? Saya sempat bingung, saya berada dimana ini? Kok kayak di areal perkampungan? Banyak pohon dan tidak kelihatan bangunan tinggi.

Landing, imigrasi dan mengambil bagasi. Saya dan Sata memperhatikan direksi informasi tempat pengambilan bagasi. Ternyata infonya ditulis dalam bahasa Arab Melayu lho. Ternyata ga sia-sia belajar Arab Melayu waktu SMP hihihi. Saya pun sibuk membaca informasi dengan tulisan arab melayu lainnya seperti 'tamfat fangambilan bagasthi', fintu kaluar', 'tandas' ^^

Sampai di pintu keluar, foto-foto dulu donk. Seorang bapak membawa kertas nama untuk menjemput beberapa nama dari hotel Jubile. Namun saya heran kenapa nama saya dan Sata tidak ada. Alhasil saya coba bertanya dengan bapak itu. Atas kemurahan hati sang bapak, kami diperbolehkan ikut ke dalam jemputan beliau yang ternyata isinya para bulek. Selama di mobil, saya memperhatikan tata kota Bandar Seri Begawan. Informasi petunjuk jalan banyak menggunakan bahasa Melayu tapi lebih kepada bahasa Indonesia, bahkan banyak sekali mobil kijang G di jalanan. Saya serasa berada di tahun 1990an.


Sampai di hotel, check in dan bertanya kenapa kami berdua tidak dijemput di airport. Ternyata kakak resepsionisnya salah melihat jam, kami tiba pukul 17.00 namun kakak itu mengira kami tiba pukul 7 malam. Oalah kak, kak >.< Sampai di kamar, mandi, solat dan bersiap-siap keluar sebentar survey jalanan sambil mencari makan malam. Hidupin TV ternyata tidak banyak siaran. Siarannya TV Brunei kebanyakan siaran mengaji. Selebihnya siaran TV Astro Malaysia. Akhirny kami keluar mencari makan malam dengan berjalan kaki sambil membawa peta jalan. Jam 19.30, negara ini sudah sepi lho. Yang terdengar hanya ngaji-ngajian dari mesjid. Mobil yang lewat juga sedikit sekali. Kendaraan umum juga tidak banyak. Jarum jatuh di jalan kayaknya kedengaran deh.

Keluar hotel, kami melihat sebuah mesjid kubah emas. Di sebelah kiri sebelum mesjid ada sebuah wet market bersungai. Kayak iklan lamanya RCTI itu loh, yang ada nenek-nenek lagi jualan sayur di sampan terus ngacungin jempol RCTI OKE. Sambil tawaf jalanan sekitarnya, ketemu beberapa orang yang tadi di airport. Sepertinya negara ini negara liliput. Semua bisa bertemu di sini. Tak lama berjalan, bertemu dengan seorang bule sedeng. Dia juga penumpang yang sama di Air Asia dan menginap di hotel yang sama dengan kami. Dasar bule, bawaan pengen night life dan minum-minum. Hoi, negara Islam yang kau datangin tau >.< Berhasil melarikan diri dari ke-sedengan si bulek, akhirnya kami sampai ke sebuah tempat makan.

Keesokan paginya, check daftar list, mau kemana aja hari ini? Si bunda sibuk bolak balik sms, minta oleh-oleh. Ampun dah, baru juga nyampe -.- Terus smsnya berkali-kali lagi dan otomatis harus dibalas berkali-kali dan tarif smsnya mahaaaaaaal >.< Setelah sarapan, kami memutuskan untuk pergi ke mesjid kubah emas tadi malam. Mengabadikan moment bernasis ria, jalan menelurusi kota dan akhirnya melewati RTB (Radio Televisyen Brunei) yang tadi malam siarannya kami tonton. Setelah selesai, akhirnya berdiskusi dengan Sata untuk mengambil tur Brunei 2 jam yang ditawarkan pihak hotel. Harganya lumayan untuk ukuran mahasiswa seperti kami looo, isss bayaeh >.<


Sampai di hotel, saya memesan tur Brunei dengan si kakak resepsionis. Namun ternyata sudah full booked sama bule-bule tamu hotel >.< Namun akhirnya pihak hotel mencarikan seorang tur guide seorang bapak yang dulu sering juga mengantar tamu di hotel Jubile kalau kendaraan mereka sudah penuh. Akhirnya kami setuju. Sekitar 25 menit si bapak seusia Kaisar tiba dengan mobil Land Cruiser. Kami pun berkenalan dengan si bapak. Kami meminta si bapak untuk mengajak tur Brunei, ke mesjid kubah emas Jame' Bolkiah dan Istana Nurul Iman (istana negara). Si bapak pun membawa kami. Di perjalanan, si bapak bertanya tentang kami. Awalnya kami berbicara dalam bahasa Inggeris, namun karena si bapak adalah pensiunan dan pernah bertugas menjadi Kopasus di Surabaya, akhirnya kami berbicara dalam bahasa Indonesia hahaha.

Putar-putar kota, masuk mesjid Jame' Bolkiah, foto di luar Istana Nurul Iman (kebetulan Bolkiah sedang pergi ke KL) akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di mall. Sampai di mall, saya dan Sata terkejut. Ini mall? Kok kecil? Kok cebol? Kok poniiiiiii? Hanya 2 lantai. Setelah makan, kami pun membeli oleh-oleh Brunei. Semua harga di set dalam Dollar Brunei yang sama persis dengan Dollar Singapura. Keluar mall, saya bertanya kepada si bapak kenapa mall-nya kecil, dan selama perjalanan saya tidak menemukan bangunan tinggi. Rumah susun paling tinggi hanya 2 tingkat. Ternyata di Brunei punya peraturan bahwa semua bangunan tidak boleh melebihi tinggi dari Mesjid Omar Ali Saifudien. Oh begitcyuu..

Selama mengelilingi kota Bandar Seri Begawan, saya melihat hampir keseluruhan masyarat Brunei adalah orang-orang kaya, karena semua mengendarai mobil pribadi yang bagus-bagus. Hanya ada sedikit bus yang lewat, itupun tidak ramai penumpangnya. Puas jalan-jalan, bercerita panjang selama di perjalanan, akhirnya si bapak mengajak kami mampir ke kedai kopi. Si bapak mengenalkan kami kepada seorang pelayan seorang kakak asal Surabaya yang kerja di Brunei. Alhamdulillah, udah la kami jadi turis backpacker, dapat traktiran pula hihihi :) Si bapak menganggap kami seperti anaknya sendiri.


Kami hanya 3 hari 2 malam di Brunei. Keesokan harinya, saya dan Sata di ajak sarapan oleh si bapak dan ajudannya. After that, kami diajak ke Muzium Brunei. Menjelang siang, akhirnya kami check out dan bergegas ke bandara. Sebelum berpisah dengan si bapak, akhirnya sempat bertukar nomor telepon dengan niat boleh menyambung silaturahmi. Thank so much buat Pak Aji :) Dan seperti yang saya sebut sebelumnya, kalau kota ini seperti kota liliput, akhirnya kami bertemu orang-orang yang berangkat dan pulang bersama kami. Nice trip deh di Brunei ^^


-BANGKOK 2007

Trip kali ini diisi oleh personil Charlie Angel (saya, Sata dan Xara). Kali ini kami tidak menggunakan flight ke Bangkok, namun mencoba naik Kereta Api transformers. Dari Penang naik ferry nyebrang ke Sebrang Perai dan membeli tiket train sekali jalan seharga RM110. Pukul 14.00 kami berangkat. Tut tut tut naik kereta api. Masih di wilayah Malaysia, ada penumpang anak-anak sekolah yang bau matahari naik ke train kami. Mereka penasaran melihat kami bertiga karena kami tidak menggunakan bahasa Indonesia waktu itu, namun menggunakan bahasa gagap-nya Sata dan Xara yang kadang kala saya saja masih bingung hahaha.

Setelah mereka turun, sore dan malam pun menyambut. Sampai juga di perbatasan Thailand. Turun dan cap paspor. Pihak imigrasi yang kurang pandai berbahasa Inggris sedikit kewalahan membaca nama kami yang menurut mereka ajaib. Maklum lah, mereka lebih menggunakan tulisan yang melingkar-linkar kayak Sansekerta itu looo. Dan ternyata ada beberapa abjad latin yang tidak ada di abjad Thailand seperti huruf L.

Malam pun tiba, seru juga naik train yang kursinya ber-transformer (bisa disulap) menjadi tempat tidur kayak di kapal laut. Tempat tidurnya jadi bertingkat, ada lampu tidur dan tirainya. Setelah solat isya, tidur. Tempat tidur di atas agak sempit dibanding yang di bawah, mklm harganya juga lebih murah dikit. Keesokan paginya, saya berjalan ke toilet dengan maksud mengambil wudu'. Wuiii banyak manusia yang masih molor ternyata. Cuci muka sekedarnya di toilet aduhai, gosok gigi, dan sarapan ala backpacker (bawa bekal roti).


Pemandangan yang tadinya sawah, hamparan luas, akhirnya berubah kepada pemandangan rumah-rumah penduduk pinggir rel yang sama persis seperti di Indonesia. Pukul 10.00 kami sampai di Bangkok di stasiun Hualamphong. Ketika sampai di dalam stasiun, kami memutuskan langsung ke hotel White Orchid yang sudah di pesan oleh teman kuliah kami berkebangsaan Thailand. Backpacker pun beraksi. Karena info yang tertera jarang menggunakan huruf latin, maka kami bertanya dalam bahasa Inggeris dan bahasa Tarzan. Akhirnya kami naik tuk-tuk ke hotel hahaha seru ^^


Sampai hotel, bersih-bersih, solat dan memulai perjalanan. Melihat siaran TV yang sama sekali ga dimengerti bahasanya. Saya melihat pop mie dan kacang di atas meja yang di jual oleh pihak hotel. Melihat gambar pop mie ini saya sempat ragu karena saya tidak mengerti bahasanya. Ternyata oalaaaah, Pork. Alhasil kami putuskan untuk ke mall Siam Paragon naik bus dan makan siang di sana saja. Namun yang yang menjadi kendala, bus tidak menuliskan jurusan dengan tulisan latin. Aiii mana ngerti >.< Bertanya dengan pihak hotel bis warna apa yang pergi ke Siam Paragon? Akhirnya kami pun nekad berangkat dengan bahasa Tarzan. Supir bus seorang bapak dan kondekturnya seorang ibu menggunakan pakaian seragam semacam jas dan memakai sepatu. Beda sekali dengan supir di sudek di Medan. Baju lelek, teriak-teriak, bawa anduk busuk, bertindak seenak jidatnya merajai jalanan. Ketika membayar, saya mengingatkan sang ibu agar memberi tahu kalau sudah sampai di mall Siam Paragon. Saya menggunakan bahasa Tarzan hahaha dan si ibu pun mengangguk. Bertamasya berkeliling kota sambil melihat peta, tiba-tiba bus memperlambat jalannya dan si ibu berteriak "ciam palagon ciam palagon". Ooooh sudah sampai toh ^^

Makan siang di KFC dan menemukan kelucuan ketika ingin memesan makanan.
Si kakak KFC bertanya "Good afternoon Miss, eat here or take away?" Saya tersenyum dan menjawab "having here". Setelah makan, kami memutuskan untuk explore sekelak saja. Kembali ke hotel menggunakan bus, untung ga nyasar. Malamnya kami memenuhi welcome drink dari hotel. Setelah selesai, kami berjalan keluar di sekitar hotel untuk membeli roti tawar dan air minum. Semua makanan kami bawa dari Malaysia karena banyak sekali makanan yang non halal di Bangkok. Benar-benar backpacker cucian deh, makan cuma roti sama pop mie doank hahaha.


Keesokan paginya, kami berencana pergi ke Wat Phra Kaew (Grand Palace). Namun lagi-lagi terkendala ketika menaiki bus. Kami bingung karena tidak ada tulisan latinnya. Saya sempat bertanya kepada kenek supirnya "Grand Palace?" namun si kenek menggeleng. Ntah mengerti atau tidak tau. Akhirnya saya bertanya kepada seorang mahasiswa yang kebetulan sedang lewat dan dia menunjukkan bus yang serupa (bus yang tadi keneknya geleng-geleng hadooooh >.<). Mahasiswa itu menyuruh saya untuk menggunakan kata Wat Phra Kaew bukan Grand Palace karena banyak kenek yang ga ngerti Grand Palace. Oalaaaaaah -.-

Sampai Grand Palace foto-foto narsis donk. Walau panas, tetap enjoy. Foto sama patung lah, foto sama ornamen-ornamen lah, dan melihat patung Budha kecil berwarna emas. Pulang dari Grand Palace, ceritanya kapok nih naik bus. Jadi kami memutuskan nekad pulang via sungai Chao Phraya. Ternyata menemukan tempat mangkalnya ini kapal agak jauh, kami akhirnya berjalan kaki sambil mengitari tengah kota yang banyak sekali burung-burung. Kami sempat melewati jalan jaksanya Bangkok, dimana banyak sekali turis-turis tinggal disini. Wah agak lapar nih, karena sudah menjelang siang. Akhirnya mampir ke McD. Namun ketika mengantri saya tersadar di daftar menunya semua burger menggunakan pork >.<
Alhasil saya makan roti lagi roti lagi, aiiii. Jalan-jalan, foto-foto, sampai juga di Chao Phraya River. Naik perahu unyu, mengitari kota Bangkok, keciprat-ciprat air, sambil melihat view beberapa temple dari sungai.

Malamnya bingung mau kemana, sempat melihat acara TV Thai dan menonton sebuah vocal grup 3 penyanyi laki-laki, DB2B. Karena ga ngerti apa yang mereka nyanyikan, akhirnya kami coba menafsirkan apa maksud lagu ini. Lagunnya sedih yang menceritakan tentang sebuah kenangan kepada satu personilnya. Dengan bahasa tarzan kami coba menangkap maksud lagu ini. Ternyata lagu ini ditujukan untuk personilnya yang kecelakaan motor ketika pulang rekaman dan sekarang sedang koma. Kasian :( *ketika sampai di Penang, kami sempat bertanya dengan teman kami yang berkebangsaan Thailand tentang lagu ini dan ternyata personil yang koma itu sudah meninggal dunia.


Tak berlama-lama di hotel, akhirnya kami memutuskan hangout di Siam Paragon dan keliling di mall sekitarnya. Kali ini naik tuk-tuk aja deh, ga mau lagi naik bus. Saya sempat mencoba menawar ke abang tuk-tuk dengan bahasa english chinnese malay. ''3 persons, 60 bath loo'' hahaha. Akhirnya kami keliling dan masuk ke beberapa pusat belanja dan sempat beli oleh-oleh murah meriah muntah.


Keesokan paginya sebelum siang akan balik ke Penang, kami memutuskan untuk mengelilingi China Town. Ibarat masuk pasar, semua aroma ada di dalam itu dan tentu saja aduhai. Sempat membeli oleh-oleh dompet Anna Sui di sebuah toko china. Penjaga tokonya orang Thai namun sedikit kebingungan dengan pertanyaan saya. Akhirnya saya mencoba berbicara dengan toke yang punya toko dalam bahasa Inggeris. Namun saya coba untuk menyelipkan bahasa Mandarin ezeeeeeh. "Tao Cia Cien, Uncle?" (How much is this?) Si uncle terpesona dengan Mandarin saya yang ala kadar. Akhirnya saya bercerita kalau saya orang Indonesia yang kuliah di Penang dan sedang belajar bahasa Mandarin. Begitu si uncle mendengar saya kuliah di Penang, dia terkejut. Ternayata si uncle dari Penang juga :)


Setelah siap belanja, saatnya pulang. Biar ga sesat, akhirnya tuk-tuk tetap menjadi alat transportasi idola kami buat ke stasiun hahaha. Selesai membeli tiket pulang seharga (1200 Bath) akhirnya kami menunggu di ruang tunggu. Iseng melihat makanan yang di jual, ternyata nemu Sushi yang disyahkan oleh MUI nya Thailand. Alhamdulillah kami seolah-olah nemu emas permata. Setelah beberapa hari makan tak tentu, akhirnya kami makan sushi (walo ga kenyang juga hahaha). Setelah solat, akhirnya siang itu kami meninggalkan Bangkok dan estimate sampai di Penang besok sorenya. Nice trip. Khobkhun ^^


Itu tadi Nekad Traveller 2 saya. Akan ada cerita Nekad Traveller 3 destinasi Manila. So, check it out ya ^^

Tidak ada komentar:

Pengalaman Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat Jasmani dan Rohani serta Bebas Narkoba di RSU Pirngadi Medan

Tanggal 26 Juli 2019, sekitar jam 9 pagi saya mendapat WA dari bagian kepegawaian kampus untuk melengkapi berkas salah satunya adalah mengur...