Kamis, 08 Desember 2011
Pilar Nasionalisme : Semakin Kokoh atau Merapuh?
Minggu, 31 Juli 2011
Ilmenau IfMK - Germany
Studi komunikasi di TU-Ilmenau beraneka ragam. Ada Program Studi Kajian Media Terapan (Medienwissenschaft) yang diketuai Prof. Dr. Martin Loeffelholz, di samping enam program studi lainnya, antara lain, manajemen media, komunikasi politik, aplikasi multimedia, dan desain media/psikologi, yang kesemuanya berada di bawah Institut fur Medien und Kommukationswissenschaft (ifmk). Menariknya institut ini dinaungi Fakultas Matematik dan Ilmu Alam, karena di TU-Ilmenau tak ada fakultas ilmu-ilmu sosial.”Ini untuk kepentingan pengorganisasian saja,” ujar Andreas Schwarz, Dipl.-Medienwiss., dosen dan kandidat doktor di ifmk. Dalam satu dua dekade belakangan ini ada kecenderungan bahwa universitas-universitas teknik di Jerman juga menawarkan ilmu-ilmu sosial, seperti juga ITB yang menawarkan program studi pembangunan dan administrasi bisnis (selain program studi seni rupa dan desain yang sudah lama ada).Namun, kecenderungan itu sudah lama ada di Massachussetts Institute of Technology (MIT) di AS.
Menurut Martin, ifmk didirikan tahun 1996, dan baru dibuka resmi tahun 1999. Ia sendiri sebagai perintis dan direkur pertamanya, meskipun kini ia tidak menjabat lagi.”Mulai tahun ini program studi akan lebih internasional. Gelar pertamanya adalah Bachelor, lalu Master, dan terakhir Doktor, yang menuntut masa studi masing-masing 3,5 tahun, 1,5 tahun, dan 3 tahun. Tetapi tahun ini baru dimulai program Bachelor, program Master dimulai paling cepat tahun depan,” kata Martin, seraya menambahkan bahwa tidak ada perubahan untuk program doktor; artinya, program doktor tetap merupakan penelitian.
Dalam tradisi lama, gelar pertama dalam pendidikan universitas di Jerman adalah Diplom (Dipl.) yang memakan waktu 4,5 tahun, yang setara dengan gelar S-2 di Indonesia. Maka gelar untuk lulusan kajian media di TU-Ilmenau adalah Dipl.- Medienwiss, dan untuk lulusan psikologi adalah Dipl.-Psych. Di ifmk sendiri masih ada sejumah mahasiswa yang terikat oleh sistem lama ini. Sebagaimana dikatakan Dr. Thomas Hanitzsch, dosen ifmk yang penelitian untuk disertasinya tentang peran wartawan di Indonesia, tidak semua orang di TU-Ilmenau menyukai perubahan sistem pendidikan karena tuntutan globalisasi ini.”Beberapa orang di TU-Ilmenau tetap menginginkan pendidikan ala Jerman dan bagi orang Jerman.” Tetapi, kini mahasiswa Jerman semakin berkurang karena jumlah anak rata-rata keluarga Jerman kurang dari dua orang. Jadi, kita harus mengantisipasi mahasiswa-mahasiswa asing yang ingin studi di Jerman,” kata Thomas.
Sebagaimana di Indonesia, di Jerman pun ilmu komunikasi populer. Kini, Jerman adalah negara yang paling banyak menerbitkan buku komunikasi di dunia, setelah AS. Setiap tahun tidak kurang 400 buku komunikasi terbit, plus belasan jurnal komunikasi. Dalam ungkapan Martin, ”Jumlah pakar komunikasinya kedua terbesar setelah jumlah pakar komunikasi AS.” Studi komunikasi di Jerman tampaknya sejalan dengan perkembangan ekonominya. Karena ekonomi Jerman maju, teknologi informasinya juga maju.
Ini berarti dibutuhkan lebih banyak ahli untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia. ”Untuk studi komunikasi, TU-Ilmenau termasuk lima terbaik di Jerman. Kami sering dijadikan acuan oleh universitas lain, mungkin karena universitas kami lebih dinamis, masih baru, yang mengantisipasi perkembangan masyarakat, meskipun beberapa universitas lain sebenarnya punya jumlah mahasiswa komunikasi lebih banyak seperti di Munster, Bremen, dan Munchen,” kata Martin. Jumlah mahasiswa yang belajar Kajian Media Terapan di TU-Ilmenau kira-kira 700 orang. Jumah dosen permanen seluruhnya 30 orang. Jerman terdiri dari 16 negara bagian, dan setiap negara bagian punya kewenangan untuk mengatur pendidikan, bahkan universitas punya kewenangan luas untuk merancang kurikulum.
Tradisi media massa Jerman jelas merupakan lahan kajian yang kaya. Tradisi surat kabar di Jerman lebih tua daripada di AS, mungkin dapat dilacak hingga ke awal abad ke-17. Secara rasio surat kabar di Jerman lebih banyak daripada di AS. Selain itu, surat kabar Jerman, yang lokal sekalipun, sarat muatan politik, sementara para wartawannya pun lebih bebas daripada wartawan AS untuk menyiarkan informasi. Di Jerman juga terdapat banyak stasiun TV, dua TV publik nasional, ARD dan ZDF, beberapa TV Publik regional, dan puluhan stasiun TV swasta, yang antara lain adalah RTL, Sat 1, dan Pro Sieben. Siaran kebanyakan stasiun TV itu nyaris 24 jam perhari.
**
SEBAGAIMANA dikemukakan Hans-Bernd Brosius dan Christina Holtz-Bacha (1999), penelitian komunikasi di Jerman sudah lama mentradisi, setidaknya sejak awal abad 20. Lembaga pertama yang mengajarkan komunikasi adalah Institut fur Zeitungskunde di Leipzig pada tahun 1916. Munculnya disiplin ini memadukan dua usaha, yakni keyakinan bahwa surat-kabar memerlukan perhatian ilmiah yang sistematik dan usaha menawarkan pendidikan sistematik bagi wartawan untuk melengkapi pelatihan kerja mereka. Sama seperti di Indonesia, pendirian lembaga itu juga berarti pelepasan dari disiplin yang semula menaunginya seperti, dalam kasus Jerman, sosiologi, sejarah, dan ekonomi politik.
Segera setelah itu muncul pula departemen-departemen kajian media di beberapa universitas, seperti Universitas Munster (1918), Universitas Munchen dan Universitas Berlin (keduanya tahun 1924). Meskipun awalnya studi komunikasi berfokus pada surat kabar, disiplin ini berkembang dengan memasukkan kajian radio pada pertengahan tahun 1920-an setelah radio diperkenalkan di Jerman tahun 1923. Sayangnya ketika rezim Nazi berkuasa, ilmu komunikasi merosot. Mereka segera memberangus suara kaum oposisi, menjadikan disiplin ini sebagai alat kekuasaan dengan membawa orang-orang mereka sendiri dan mendukung akademisi yang patuh. Menjelang akhir PD II, kebanyakan jurusan komunikasi ditutup.
Namun segera setelah perang, beberapa lembaga tertua dibuka kembali di Jerman Barat (Munster, Munchen dan Berlin). Di Jerman Timur, sebuah departemen didirikan rezim komunis tahun 1954 untuk mendidik para wartawan. Dengan nama panggilan das rote Kloster (monasteri merah), mata kuliahnya disyaratkan bagi mahasiswa yang ingin memperoleh sertifikat untuk bekerja sebagai jurnalis. Setelah Jerman bersatu tahun 1990, departemen itu ditutup dan dibuka kembali sebagai jurusan komunikasi biasa.
Seperti di Indonesia, di Jerman pun awalnya banyak ilmuwan sosial meragukan ilmu komunikasi untuk menjadi bidang ilmu yang otonom, terlepas dari sosiologi misalnya. Bahkan, orang sekaliber Ferdinand Tonnies juga menyurutkan perkembangan ini dengan mengatakan bahwa suatu objek penelitian yang baru bukan berarti harus ada disiplin ilmu yang baru, sebab nanti akan ada ilmu ayam, ilmu bebek, dan ilmu angsa dalam zoologi. Namun, sejalan dengan semakin banyaknya ahli bidang ini, ilmu komunikasi pun mendapat pengakuan lebih luas (pertanda tumbuhnya bidang ini) perlahan setelah terbitnya dua jurnal penelitian komunikasi, yakni Rundfunk und Fernsehen (1953) dan Publizistik (1956), dan terutama sejak tahun 1963 ketika 16 profesor mendirikan Ikatan Ahli Komunikasi Jerman (Deutsche Gesselschaft fur Publizistik und Zeitungswissenschaft). Ini menandai era identitas-diri yang baru.
Menurut Brosius dan Holtz-Bacha, meskipun jumlah mahasiswa yang meminati komunikasi dan media meningkat secara tetap, terutama tahun 1970-an, perkembangan kelembagaannya lambat. Awal tahun 1970-an, Dewan Pers Jerman menyelenggarakan diskusi mengenai perlunya lembaga pendidikan jurnalistik. Para jurnalis saat itu biasanya melakukan dua tahun in-house training di penerbitan atau stasiun siaran. Itu dianggap tidak memadai berdasarkan alasan bahwa tuntutan kerja jurnalis itu berubah sehubungan dengan perubahan sistem media. Juga kaum politisi dan jurnalis itu sendiri khawatir mengenai kemampuan para jurnalis untuk mempertimbangkan konsekuensi peliputan mereka dan untuk bereaksi secara bertanggung jawab dalam suatu lingkungan sosial, politik, dan ekonomi yang semakin rumit.
Maka, dirintis oleh universitas di Munchen dan Dortmund, didirikan lebih banyak program jurnalistik 4 tahun atau pascasarjana 2 tahun di seluruh Jerman. Oleh karena sebagian program jurnalistik diintegrasikan ke dalam departemen komunikasi yang ada dan departemen lainnya juga menawarkan kuliah dalam komunikasi massa sebagai bagian dari kurikulum, maka secara kelembagaan, pendidikan komunikasi juga berkembang. Penyatuan Jerman (Barat dan Timur) bulan Oktober tahun 1990 membawa perkembangan bagi komunikasi dan jurnalistik ketika lembaga-lembaga baru dan departemen baru didirikan di bekas Jerman Timur, di antaranya di Leipzig, Dresden, Jena, dan Ilmenau.
Akan tetapi, perkembangan cepat disiplin ini tahun 1970-an itu juga ditandai dengan krisis identitas yang baru. Tokoh-tokoh ilmuwan dalam bidang ini berdiskusi mengenai identitas ilmu komunikasi dan batas-batasnya, seperti yang dikeluhkan Elisabeth Noelle-Neuman, (mantan) presiden Asosiasi Komunikasi Jerman, ”Di Republik Federal Jerman, komunikasi massa sebagai bidang penelitian spesialisasi dan sebagai kursus latihan dalam jurnalistik di universitas, akademi, dan lembaga lain masih mengalami kesulitan, meskipun 50 tahun sudah berlalu sejak munculnya profesor pertama dalam disiplin ini.”
Krisis yang dikeluhkan Noelle-Neuman kini sudah lewat. Studi komunikasi kini mendapatkan pengakuan bukan hanya di Jerman tetapi juga di Eropa pada umumnya. Belum lama ini dua asosiasi pakar komunikasi di Eropa, yakni the European Communication Association (ECA) dan the European Consortium for Communications Research (ECCR) bergabung menjadi the European Communication Research and Education Association (ECREA).
Menurut Martin, sejak tahun 1960-an masuklah pengaruh Amerika dalam pendidikan komunikasi di Jerman, yakni penggunaan metode empiris dalam penelitian komunikasi yang ditandai dengan penggunaan survei dan statistik. Sebelumnya, penelitian komunikasi/persuratkabaran lebih bersifat historis dan kritis (humanistik). Meskipun demikian, pendekatan humanistik (kualitatif) itu tetap bertahan, dan beberapa metode lain untuk mengkaji komunikasi pun terus berkembang., termasuk penggunaan analisis isi memang diperlukan berbagai perspektif untuk menjelaskan peradaban manusia yang semakin rumit ini, termasuk cara mereka berkomunikasi.
**
STUDI komunikasi di Jerman punya keunikan tersendiri. Asal Anda cukup cerdas, menguasai bahasa Jerman dan mampu menyediakan biaya hidup, Anda dapat studi di Jerman dengan gratis. Untuk studi S-2 dan S-3, jika Anda mau, Anda dapat melamar beasiswa DAAD (Deutscher Akademischer Austausdienst) yang ditawarkan pemerintah Jerman. Khusus untuk studi doktor, seperti di Australia, Anda hanya melakukan riset mandiri, jadi tidak ada kuliah. Beberapa universitas, seperti TU-Ilmenau, membolehkan Anda menulis disertasi dalam bahasa Inggris, jadi Anda tidak perlu menguasai bahasa Jerman. Selama masa studi, Anda tidak perlu selamanya ada di Ilmenau. Seperti Lukas Ispandriarno yang dosen Fisip Universitas Atmajaya Yogyakarta, Anda cukup tinggal 2-3 bulan setiap tahun di Ilmenau untuk berkonsultasi dengan pembimbing Anda sambil melakukan penelitian literatur.
Biaya hidup di Ilmenau relatif murah. Untuk sewa kamar, Anda harus menyediakan kira-kira 100-150 Euro, asal Anda mau tinggal berdua dengan teman lain dalam satu kamar. Jika Anda menginginkan kamar sendiri dengan kamar mandi dan dapur bersama atau kamar mandi dan dapur sendiri, sediakan 150-300 Euro. Untuk makan, cukup 200 Euro sebulan, asal Anda tidak sering makan di kafetaria. Pengeluaran total Anda sebulan, termasuk membayar telepon, kira-kira 500-600 Euro. Namun Anda harus membawa uang lebih, karena Anda perlu biaya fotokopi, membeli buku, dan jalan-jalan untuk menghilangkan kejenuhan. Agar leluasa, sediakanlah kira-kira 700 Euro atau kurang lebih 8,5 juta rupiah perbulan di luar biaya perjalanan pp ke Jerman.
Anda yang ingin studi S-3 dapat menghemat biaya, karena Anda cukup tinggal 2-3 bulan per tahun. Taruhlah Anda tinggal selama 12 bulan selama program doktor itu (selama 4 tahun), maka Anda harus mengeluarkan biaya 12 kali Rp 8,5 juta = Rp 102 juta. Plus tiket dari Jakarta ke Jerman pp sebanyak empat kali (Rp 40 juta), maka biaya keseluruhan adalah Rp 142 juta. Biaya sebanyak ini mungkin setara dengan biaya untuk studi doktor di dalam negeri selama 4 tahun. Tetapi itu untuk hidup di Ilmenau yang kota kecil. Untuk studi di kota besar seperti Bremen, Muenchen, Berlin, atau Hamburg, tentulah biaya hidup lebih mahal lagi.
”Hubungi dulu profesor yang bersedia menjadi pembimbing Anda. Tulis dulu proposal penelitian Anda sebanyak lima halaman dan kirimkan kepadanya. Jika ia setuju, tulis lagi proposal yang sama sebanyak 20 hingga 30 halaman dan kirimkan lagi kepadanya. Jika ia setuju, maka Anda resmi diterima sebagai mahasiswa S-3,” kata Thomas yang fasih berbahasa Indonesia dan beristrikan perempuan Yogyakarta ini. Siapa tertarik studi di Jerman?***
Jumat, 15 Juli 2011
Nekad Traveller 3
Terbang ke negara ini juga sama penasaran dengan ke Brunei Darussalam. Kalau dulu jaman SD sering ngapalin negara-negara ASEAN, kayaknya Manila seru nih di jelajahi juga. Setelah mengebut mengerjakan BAB IV thesis, akhirnya pergi sesaat buat ga mandang yang namanya thesis dulu deh. Akhirnya nekad beli tiket pesawat. Alhamdulillah selalu dapat tiket PP berkisar RM300an. Sebelum berangkat, saya selalu survey objek wisata dan hotel dari internet. Heboh berniat menukar ke dalam Peso namun ternyata susah. Saya yang saat itu sedang berada di Medan, akhirnya cerita Kaisar untuk mencari Peso di Money Changer Medan. Awalnya Ibusuri tidak setuju saya berangkat ke Manila karena menurut beliau ntah kota apa itu. Tapi Kaisar malah mengizinkan supaya saya tau bagaimana rasanya hihihi dan Ibusuri angek :P
Akhirnya dapat 1 money changer di daerah Kesawan, tapi itu pun jumlahnya tidak banyak. Kata Kaisar tidak masalah, yang penting ada duit kecil di dompet untuk ongkos dan makan. Oh iya pulak la ya awak pikir. Menurut survey yang saya baca,ternyata di Manila bisa menggunakan US Dollar. Oh berarti sisanya bisa menggunakan US Dollar aja nih. Setelah mendapat beberapa uang Peso yang sebenaranya sudah cukup untuk hotel, makan dan transport, Kaisar menyuruh Ibusuri menambahkan uang jajan saya dalam US Dollar, ajiiiiip hahaha ^^
Sampai di Penang, pesan tiket pesawat dan hotel. Untuk urusan hotel, saya mencoba menghubungi teman Kaisar seorang berkebangsaan Filiphina untuk bertanya-tanya. Saya mencoba mencari di friendster (dulu zamannya masih FS) namanya om Noel Binayas dan akhirnya ketemu. Saya menulis di inbox beliau dan bercerita ingin ke Manila. Akhirnya kami bertukar nomor HP. He's so amazed at me. Karena beliau adalah teman lama Kaisar sewaktu di Jepang dan mereka juga sudah lama lost contact. Akhirnya saya pun menjadi tali kasih antara Kaisar dan Om Noel Binayas. Om Noel Binayas terkejut melihat saya sudah besar, karena yang beliau tau dulu sewaktu mereka masih di Jepang, saya masih berusia 5 tahun.
Karena susahnya mencari hotel tanpa kartu kredit, akhirnya om Noel Binayas yang memesankan hotelnya. Akhirnya dapatlah sebuah hotel yang dekat sekali dengan beberapa objek wisata kota lama. Perjalanan ke Manila sepertinya tidak bisa dibilang backpacker beneran, karena kami menginap di hotel borju karena kata Ibusuri, om Noel Binayas adalah orang kaya yang terkenal branded.
Settled soal tiket dan hotel, akhirnya tiba hari H berangkat. Personil kali ini hanya diisi oleh saya dan Xara. Seperti biasa, rute ditempuh dari Penang-KL naik bis, sampai pudu naik bus ke LCCT. Waktu itu, flight ke Manila berangkat pagi. Setelah sarapan, check in, imigrasi, akhirnya berangkat. Karena selama di Penang jarang bertemu cowok cakep (bayaeh bah T.T), akhirnya di ruang tunggu, saya melihat dua orang pria keren. Yang satu tinggi yang satu agak pendek. Sepertinya mereka orang Manila, dan benar, saya melirik paspornya ^^ Oi bang Christian Bautista, cakep-cakep banget deh warga negaramu hihihi :D
Ternyata saya dan Xara satu row sama si dua pria keren ini. Penerbangan waktu itu hanya di isi dua kursi saja. A dan C. Jadi untuk kursi B kosong. Saya dan Xara di kiri sementara si duo ganteng di kanan. Karena mengantuk dan penerbangan juga 3 jam, akhirnya setelah makan di flight, saya memutuskan tidur. Tapi gimana sih bisa tidur kalau ada 2 pria unyu di sebelah? Akhirnya saya berusaha maintain tidur supaya tidak tidur komodo dragon wahahaha :D
Beberapa kali terbangun karena goncangan, saya melirik ke arah 2 pria unyu ini. Mereka sedang tertidur menggunakan kacamata hitam. Ok, lanjut tidur lagi. Ga lama saya terbangun dan lagi-lagi saya melirik. Tapi lirikan saya kali ini menyanyat hati. Si pendek duduk di kursi B dan sedang bersandar ke si tinggi di kursi A, dan si tinggi memeluknya. Hiks ternyata mereka >.< *no comment*
Begitu memijakkan kaki di airport Manila, hati saya hampa dan kosong (caelaaaah kecewa gitu ceritanya). Sewaktu proses imigrasi, saya melihat mereka berdua lagi. Isss malasnya, tapi ya sudahlah :( Ketika selesai mengambil bagasi, saya berjalan menuju pintu keluar untuk mencari bis yang akan membawa ke pusat kota. Di airport Diosdado Macapagal tersedia peta jalan untuk turis. Kebetulan airport ke tengah kota agak jauh yaitu 2 jam -.- Jadi begitu naik bis, saya sempat tertidur kerana pemandangannya juga ga asik, hanya sebuah desa-desa gitu.
Hampir sampai di Pearl of Manila. Manila ini seperti fotokopi Jakarta. Ada bagian-bagian utara, selatan, barat, pusat dan timurnya. Bis airport ini menuju ke Makati, ibaratnya ke Jakarta Selatannya deh. Sementara hotel saya di Pearl of Manila yaitu di Jakarta Pusatnya. Sampai di stasiun bis, asli bingung dengan kondisi sekitar, mana orangnya seram-seram lagi -.- Ketika saya mencoba berbahasa Inggeris, mereka dengan santai menjawab dengan bahasa Tagalog. Ya elaaaah >.< ini menjadi alasan karena wajah Indonesia saya mirip dengan mereka. Apalagi saya tidak mengenakan jilbab yang bisa dikenali sebagai Malaysian atau Brunei. Akhirnya kami makan di Wendy's dan mencari taxi ke hotel. Ini menurut instruksi om Noel Binayas. Sampai airport, cari bis ke terminal, ambil taxi ke hotel.
Ketika on the way ke hotel, saya sempat melihat sebuah pom bensin terbakar. Jalanan otomatis jadi rusuh, apalagi Manila sama semrautnya seperti Indonesia. Sang supir sepertinya sedang sibuk menceritakan kebakaran itu namun menggunakan dalam bahasa Tagalog. Saya mau jawab apa donk selain yes yes doank -.- Melihat jalanan di Manila, melihat kereta api yang orang-orangnya macam belacan semua di dalam, malah membawa saya sedang berada di Jakarta. Saya juga melihat beberapa pusat perbelanjaan elit namun timpang dengan keadaan masyarakat miskinnya. Banyak anak jalanannya, ada seorang ibu mencuci baju di pinggir jalan menggunakan air genangan, melihat keluarga miskin tinggal di banterai sungai :(
Sampai di hotel sudah sore. Check in, bersih-bersih, solat dan makan. Kami memutuskan untuk tidak keluar malam itu. Kebetulan saya membawa kompor listrik jadi kami memutuskan untuk masak saja. Kan backpacker hahaha. Melihat ke depan hotel, ternyata benar, hotel kami berada di kawasan Manila lama. Om Noel sempat sms saya untuk berhati-hati selama di sana. Jangan lengah, tas selalu di depan dan jangan pulang malam. Wah, om yang baek :)
Keesokan paginya, saya sempat bertanya soal makan pagi hotel. Si abang resepsionis bertanya apakah saya seorang muslim karena yang beliau tau warga negara Indonesia majoriti adalah kaum muslim walau tidak memakai jilbab. Saya menjawab iya. Namun ternyata makan pagi di hotel ada porknya, jadi akhirnya kami memutuskan makan waffle di McD sebelah hotel saja. Pagi itu petualangan pun dimulai. Tp eh ada apa ini? Kok rame banget sirine dimana-mana. Ketika hendak menyebrang jalan, saya melihat sekawanan polisi lewat mengawal sebuah mobil. Ternyata Ibu Presiden lewat dan melambai. Saya pun heboh ikut dada-dada donk. Bu' Presi, eke dari Endonesa loo Bu' hahaha :D
Pagi itu kami memutuskan untuk jalan kaki saja ke Rizal Park, Intramuros dan benteng Fort Santiago. Puas menjelajah kota lama, foto di monumen Rizal Park, masuk beberapa gereja tua (sempat melihat kebaktian) dan melihat benteng tua akhirnya kami putuskan untuk pulang. Menjelang sore, akhirnya kami memutuskan untuk hangout di mall saja. Proses nyari mall ini seru deh. Karena kami pengen short cut, akhirnya kami berjalan kaki menelurusi gang demi gang. Lucu ya, ngelewatin gang buat ke mall, karena kata orang-orang sekitar yang kami tanyai, mereka memberikan arahan harus melewati gang-gang ini. Ternyata sampai lah kami ke sebuah mall. Tapi kok biasa aja ya? Ga taunya, wuiiiii di dalamnya luas banget loooooh dan sempat membuat kami tersesat lupa di pintu mana kami tadi masuk. Mall ini kami juluki MalSes (Mall Sesat red). Muter-muter mencari oleh-oleh khas Filiphina yang ternyata rempong deh nek akhirnya dapat sebuah toko yang menjual oleh-oleh Filiphina. Sedikit berbahasa Tarzan karena mereka tetap membantai kami dengan bahasa Tagalog. Ketika tersesat di mall, akhirnya kami singgah sebentar duduk di Starbuck melepas lelah.
Ok saatnya pulang. Karena bingung, akhirnya kami bertanya ke bagian informasi bagaimana caranya kami pulang ke hotel. Pihak informasi menyuruh kami jalan kaki. Namun kami tetap blur karena informasi yang mereka berikan tidak jelas. Karena buta, akhirnya kami memutuskan naik taxi. Ga taunya tukang taxinya nembak dengan harga mahal. Dasar penipu >.< Sampai di hotel, saya berbicara dengan resepsionisnya kalau kami ditipu. Menyebalkan. Akhirnya si abang resepsionis memberikan kami sebuah kartu 'i've lost my way, please bring me back at hotel *****' supaya kami tidak tersesat lagi.
Keesokan harinya, niatnya berpetualang ke Quiapo sebuah daerah Islam dan katanya ada mesjid kubah emas di sana. Karena rutenya jauh, akhirnya kami mencoba naik Jeepney. Seru kayaknya. Dengan menggunakan bahasa Tarzan akhirnya kami naik juga kendaraan umum orang Manila ini. Berbekal peta sambil celingak celinguk melihat ke jalan, saya sempat bingung karena si supir melaju terlalu kencang dan saya pun bingung untuk meminta berhenti. Saya sempat berkata STOP tapi si abang supir malah sor ajeb-ajeb di depan -.- Akhirnya dengan wajah pasrah tersesat ala mamak ilang, untung ada salah satu penumpang bapak-bapak mengetok langit-langit jeepney dan berkata 'para po' dan si abang supir pun berhenti. Saya sempat bertanya 'how to say stop sir?' Bapak itu menjawab 'just say, para po'. Saya pun berterima kasih kepada bapak-bapak yang telah menyelamatkan saya dari kesesatan berkepanjangan. Begitu turun saya bingung, melihat ke peta ternyata saya tersesat jauh >.<
Akhirnya berjalan kaki menelusuri jalan. Singgah sebentar makan siang kemudian melanjutkan jalan kaki dan masih bingung. Akhirnya milih-milih orang untuk ditanyai. Dan pilihan saya jatuh kepada seorang prempuan berbaju seragam, ternyata dia adalah mahasiswa. Namanya Joy. Saya bertanya kepada Joy dimana kah kami sekarang. Ternyata kami tersesat di kawasan universitas. Ada 2 universitas di kawasan ini. Salah satunya UST (Universitas Santo Thomas) yang kebetulan salah satu tujuan destinasi kami. Wah ternyata sesat membawa nikmat hahaha. Joy mengantarkan saya ke Santo Thomas. Namun Joy tidak bisa ikut masuk karena dia memakai seragam dari kampus lain. Saya pun berterimakasih dengan Joy dan foto-foto narsis.
Masuk ke Santo Thomas, menemui satpamnya meminta izin untuk melihat kampus. Sang satpam yang kayaknya lucu membolehkan kami masuk tapi dengan syarat, tinggalkan paspor dan memberikan kartu visite untuk kami. Sang satpam bertanya how long u wanna exploring? Saya menjawab 10 minutes. Sang satpam terkekeh, 10 minutes? Are you sure? Enough?. Saya menjawab dengan senyum Yes. Selesai exploring kampus dan melihat arstitek bangunan lama, kami pun bergegas keluar dari kampus. Sekarang bingung, gimana ini caranya pulang -.-Akhirnya kami membaca jeepney ke arah Quiapo. Kami coba untuk tidak tersesat dan mencoba mengetuk langit-langit jeepney sambil berteriak PARA PO (minggir bang red). Alhamdulillah ga sesat lagi hahaha. Sampai di Quaipo makan kebab dan singgah sebentar ke gereja di depannya.
Sorenya dengan niat mencari oleh-oleh namun lagi-lagi tersesat ke pusat pasar. Aduh ada-ada aja kan? Pergi bisa, pulang selalu nyasar. Itu lebih cocok judulnya. Akhirnya saya bertanya kepada seorang ibu yang bisa berbahasa Inggeris dan beliau kebetulan mau pergi ke arah hotel kami. Alhamdulillah, ada malaikat lagi-lagi. Ketika sampai di perhentian jeepney, si ibu mengajak saya turun. Si ibu berkata 'that's ur hotel right?'. Dan ternyata benar, 'thx mam' ^^ Saya menandai areal hotel kami ada statiun kereta apinya. Akhirnya sampai juga di depan hotel, wiuh! Eh tapi, lanjut lah dulu jalan kaki ke MalSes buat beli makanan. Sampai hotel, mandi, duduk-duduk di lobi hotel enjoy ur last night in Manila mendengar live music sambil makan apel karamel yang dibeli di MalSes dan foto-foto sama si abang resepsionis hahaha.
Besok paginya kami check out awal karena flight pagi. Dari hotel, sudah dicarikan taxi untuk ke stasiun bis yang ke airport. Lagi-lagi kami tersesat karena si tukang taxi bingung dengan stasiun bis untuk ke airport. Heyah, pagi itu apa boleh buat, saya emosi sekali. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di sebuah pusat perbelanjaan yang kebetulan memang ada perhentian bis ke airport. Alasannya karena saya tidak mau terlambat ke airport yang jauh di ujung kulon sana. Nasib lah menjadi backpacker, ternyata di pusat perbelanjaan itu menjadi destinasi terakhir eeeeee. Mana udara masih dingin, jadi kelamaan nunggu >.< Saya dan Xara ibarat menjadi si gadis penjual korek api. Ga lama berdatangan penumpang-penumpang yang lain dan datanglah si bis airport. Selamaaaaaat, tidur lah sebentar. 2 jam kemudian sampai juga ke airport. Karena airport waktu itu masih renovasi, jadi agak-agak jadi kayak korban pengungsian gitu lah penumpang-penumpangnya menunggu di luar.
Saya bertanya kepada petugas bandara 'Sir, Kuala Lumpur?' Namun si bapak menggeleng dan berkata, 'No, this is KL'. Dalam ati gue, yo olooooo pak, sama aja kalee KL ama Kuala Lumpur >.< Melihat orang Manila yang semraut, motong-motong antrian, akhirnya antrian saya pun di potong mereka. Tak mau kalah, akhirnya saya ribak sude. Saya pun ikut menyelinap dan salah seorang penumpang merepet ga jelas dengan bahasa Tagalog di belakang hahaha :P
Check in, imigrasi dan masuk ke ruang tunggu. Ketika scan tas, tas saya diperiksa. Sang bapak berkata dengan bahasa tak jelas 'pork pork'. Saya bingung, sejak kapan ada pork di tas saya? -.- Ternyata maksud beliau fork. Saya memang membawa garpu dan saya lupa membungkusnya. Jadi apa boleh buat, garpu seharga RM50 sen saya terpaksa ditinggal. Goodbye my lover, goodbye my fork, u have been the one for me ^^ Itu ceritaku, bagaimana ceritamu? :)
Jumat, 08 Juli 2011
Nekad Traveller 2
-BRUNEI DARUSSALAM 2007
Kisah ini bermula ketika saya masih menjalani pendidikan Magister masuk tahun kedua. Saya benar-benar penasaran dengan negara kaya ini.
Tiba tanggal yang dinantikan, kami berangkat. Berangkat Penang-KL menggunakan bis, sampai di Pudu Raya naik bis ke LCCT (airport). Setelah makan siang dan bersiap diri, check in, imigrasi, penerbangan pun dimulai. Ketika masuk ruang tunggu, tas yang saya bawa di scan, dan si bapak petugas sempat bertanya apa yang aneh di dalam tas saya. Ternyata babylist rambut hihihi :) Perjalanan KL-Brunei ditempuh selama 2,5 jam.
Begitu mendengar arahan akan landing, saya melihat ke bawah dari jendela
Landing, imigrasi dan mengambil bagasi. Saya dan Sata memperhatikan direksi informasi tempat pengambilan bagasi. Ternyata infonya ditulis dalam bahasa Arab Melayu lho. Ternyata ga sia-sia belajar Arab Melayu waktu SMP hihihi. Saya pun sibuk membaca informasi dengan tulisan arab melayu lainnya seperti 'tamfat fangambilan bagasthi', fintu kaluar', 'tandas' ^^
Sampai di pintu keluar, foto-foto dulu donk. Seorang bapak membawa kertas nama untuk menjemput beberapa nama dari hotel Jubile. Namun saya heran kenapa nama saya dan Sata tidak ada. Alhasil saya coba bertanya dengan bapak itu. Atas kemurahan hati sang bapak, kami diperbolehkan ikut ke dalam jemputan beliau yang ternyata isinya para bulek. Selama di mobil, saya memperhatikan tata kota Bandar Seri Begawan. Informasi petunjuk jalan banyak menggunakan bahasa Melayu tapi lebih kepada bahasa Indonesia, bahkan banyak sekali mobil kijang G di jalanan. Saya serasa berada di tahun 1990an.
Sampai di hotel, check in dan bertanya kenapa kami berdua tidak dijemput di airport. Ternyata kakak resepsionisnya salah melihat jam, kami tiba pukul 17.00 namun kakak itu mengira kami tiba pukul 7 malam. Oalah kak, kak >.< Sampai di kamar, mandi, solat dan bersiap-siap keluar sebentar survey jalanan sambil mencari makan malam. Hidupin TV ternyata tidak banyak siaran. Siarannya TV Brunei kebanyakan siaran mengaji. Selebihnya siaran TV Astro Malaysia. Akhirny kami keluar mencari makan malam dengan berjalan kaki sambil membawa peta jalan. Jam 19.30, negara ini sudah sepi lho. Yang terdengar hanya ngaji-ngajian dari mesjid. Mobil yang lewat juga sedikit sekali. Kendaraan umum juga tidak banyak. Jarum jatuh di jalan kayaknya kedengaran deh.
Keluar hotel, kami melihat sebuah mesjid kubah emas. Di sebelah kiri sebelum mesjid ada sebuah wet market bersungai. Kayak iklan lamanya RCTI itu loh, yang ada nenek-nenek lagi jualan sayur di sampan terus ngacungin jempol RCTI OKE. Sambil tawaf jalanan sekitarnya, ketemu beberapa orang yang tadi di airport. Sepertinya negara ini negara liliput. Semua bisa bertemu di sini. Tak lama berjalan, bertemu dengan seorang bule sedeng. Dia juga penumpang yang sama di Air Asia dan menginap di hotel yang sama dengan kami. Dasar bule, bawaan pengen night life dan minum-minum. Hoi, negara Islam yang kau datangin tau >.< Berhasil melarikan diri dari ke-sedengan si bulek, akhirnya kami sampai ke sebuah tempat makan.
Keesokan paginya, check daftar list, mau kemana aja hari ini? Si bunda sibuk bolak balik sms, minta oleh-oleh. Ampun dah, baru juga nyampe -.- Terus smsnya berkali-kali lagi dan otomatis harus dibalas berkali-kali dan tarif smsnya mahaaaaaaal >.< Setelah sarapan, kami memutuskan untuk pergi ke mesjid kubah emas tadi malam. Mengabadikan moment bernasis ria, jalan menelurusi kota dan akhirnya melewati RTB (Radio Televisyen Brunei) yang tadi malam siarannya kami tonton. Setelah selesai, akhirnya berdiskusi dengan Sata untuk mengambil tur Brunei 2 jam yang ditawarkan pihak hotel. Harganya lumayan untuk ukuran mahasiswa seperti kami looo, isss bayaeh >.<
Sampai di hotel, saya memesan tur Brunei dengan si kakak resepsionis. Namun ternyata sudah full booked sama bule-bule tamu hotel >.< Namun akhirnya pihak hotel mencarikan seorang tur guide seorang bapak yang dulu sering juga mengantar tamu di hotel Jubile kalau kendaraan mereka sudah penuh. Akhirnya kami setuju. Sekitar 25 menit si bapak seusia Kaisar tiba dengan mobil Land Cruiser. Kami pun berkenalan dengan si bapak. Kami meminta si bapak untuk mengajak tur Brunei, ke mesjid kubah emas Jame' Bolkiah dan Istana Nurul Iman (istana negara). Si bapak pun membawa kami. Di perjalanan, si bapak bertanya tentang kami. Awalnya kami berbicara dalam bahasa Inggeris, namun karena si bapak adalah pensiunan dan pernah bertugas menjadi Kopasus di Surabaya, akhirnya kami berbicara dalam bahasa Indonesia hahaha.
Putar-putar kota, masuk mesjid Jame' Bolkiah, foto di luar Istana Nurul Iman (kebetulan Bolkiah sedang pergi ke KL) akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di mall. Sampai di mall, saya dan Sata terkejut. Ini mall? Kok kecil? Kok cebol? Kok poniiiiiii? Hanya 2 lantai. Setelah makan, kami pun membeli oleh-oleh Brunei. Semua harga di set dalam Dollar Brunei yang sama persis dengan Dollar Singapura. Keluar mall, saya bertanya kepada si bapak kenapa mall-nya kecil, dan selama perjalanan saya tidak menemukan bangunan tinggi. Rumah susun paling tinggi hanya 2 tingkat. Ternyata di Brunei punya peraturan bahwa semua bangunan tidak boleh melebihi tinggi dari Mesjid Omar Ali Saifudien. Oh begitcyuu..
Selama mengelilingi kota Bandar Seri Begawan, saya melihat hampir keseluruhan masyarat Brunei adalah orang-orang kaya, karena semua mengendarai mobil pribadi yang bagus-bagus. Hanya ada sedikit bus yang lewat, itupun tidak ramai penumpangnya. Puas jalan-jalan, bercerita panjang selama di perjalanan, akhirnya si bapak mengajak kami mampir ke kedai kopi. Si bapak mengenalkan kami kepada seorang pelayan seorang kakak asal Surabaya yang kerja di Brunei. Alhamdulillah, udah la kami jadi turis backpacker, dapat traktiran pula hihihi :) Si bapak menganggap kami seperti anaknya sendiri.
Kami hanya 3 hari 2 malam di Brunei. Keesokan harinya, saya dan Sata di ajak sarapan oleh si bapak dan ajudannya. After that, kami diajak ke Muzium Brunei. Menjelang siang, akhirnya kami check out dan bergegas ke bandara. Sebelum berpisah dengan si bapak, akhirnya sempat bertukar nomor telepon dengan niat boleh menyambung silaturahmi. Thank so much buat Pak Aji :) Dan seperti yang saya sebut sebelumnya, kalau kota ini seperti kota liliput, akhirnya kami bertemu orang-orang yang berangkat dan pulang bersama kami. Nice trip deh di Brunei ^^
-BANGKOK 2007
Trip kali ini diisi oleh personil Charlie Angel (saya, Sata dan Xara). Kali ini kami tidak menggunakan flight ke Bangkok, namun mencoba naik Kereta Api transformers. Dari Penang naik ferry nyebrang ke Sebrang Perai dan membeli tiket train sekali jalan seharga RM110. Pukul 14.00 kami berangkat. Tut tut tut naik kereta api. Masih di wilayah Malaysia, ada penumpang anak-anak sekolah yang bau matahari naik ke train kami. Mereka penasaran melihat kami bertiga karena kami tidak menggunakan bahasa Indonesia waktu itu, namun menggunakan bahasa gagap-nya Sata dan Xara yang kadang kala saya saja masih bingung hahaha.
Setelah mereka turun, sore dan malam pun menyambut. Sampai juga di perbatasan Thailand. Turun dan cap paspor. Pihak imigrasi yang kurang pandai berbahasa Inggris sedikit kewalahan membaca nama kami yang menurut mereka ajaib. Maklum lah, mereka lebih menggunakan tulisan yang melingkar-linkar kayak Sansekerta itu looo. Dan ternyata ada beberapa abjad latin yang tidak ada di abjad Thailand seperti huruf L.
Malam pun tiba, seru juga naik train yang kursinya ber-transformer (bisa disulap) menjadi tempat tidur kayak di kapal laut. Tempat tidurnya jadi bertingkat, ada lampu tidur dan tirainya. Setelah solat isya, tidur. Tempat tidur di atas agak sempit dibanding yang di bawah, mklm harganya juga lebih murah dikit. Keesokan paginya, saya berjalan ke toilet dengan maksud mengambil wudu'. Wuiii banyak manusia yang masih molor ternyata. Cuci muka sekedarnya di toilet aduhai, gosok gigi, dan sarapan ala backpacker (bawa bekal roti).
Pemandangan yang tadinya sawah, hamparan luas, akhirnya berubah kepada pemandangan rumah-rumah penduduk pinggir rel yang sama persis seperti di Indonesia. Pukul 10.00 kami sampai di Bangkok di stasiun Hualamphong. Ketika sampai di dalam stasiun, kami memutuskan langsung ke hotel White Orchid yang sudah di pesan oleh teman kuliah kami berkebangsaan Thailand. Backpacker pun beraksi. Karena info yang tertera jarang menggunakan huruf latin, maka kami bertanya dalam bahasa Inggeris dan bahasa Tarzan. Akhirnya kami naik tuk-tuk ke hotel hahaha seru ^^
Sampai hotel, bersih-bersih, solat dan memulai perjalanan. Melihat siaran TV yang sama sekali ga dimengerti bahasanya. Saya melihat pop mie dan kacang di atas meja yang di jual oleh pihak hotel. Melihat gambar pop mie ini saya sempat ragu karena saya tidak mengerti bahasanya. Ternyata oalaaaah, Pork. Alhasil kami putuskan untuk ke mall Siam Paragon naik bus dan makan siang di sana saja. Namun yang yang menjadi kendala, bus tidak menuliskan jurusan dengan tulisan latin. Aiii mana ngerti >.< Bertanya dengan pihak hotel bis warna apa yang pergi ke Siam Paragon? Akhirnya kami pun nekad berangkat dengan bahasa Tarzan. Supir bus seorang bapak dan kondekturnya seorang ibu menggunakan pakaian seragam semacam jas dan memakai sepatu. Beda sekali dengan supir di sudek di Medan. Baju lelek, teriak-teriak, bawa anduk busuk, bertindak seenak jidatnya merajai jalanan. Ketika membayar, saya mengingatkan sang ibu agar memberi tahu kalau sudah sampai di mall Siam Paragon. Saya menggunakan bahasa Tarzan hahaha dan si ibu pun mengangguk. Bertamasya berkeliling kota sambil melihat peta, tiba-tiba bus memperlambat jalannya dan si ibu berteriak "ciam palagon ciam palagon". Ooooh sudah sampai toh ^^
Makan siang di KFC dan menemukan kelucuan ketika ingin memesan makanan. Si kakak KFC bertanya "Good afternoon Miss, eat here or take away?" Saya tersenyum dan menjawab "having here". Setelah makan, kami memutuskan untuk explore sekelak saja. Kembali ke hotel menggunakan bus, untung ga nyasar. Malamnya kami memenuhi welcome drink dari hotel. Setelah selesai, kami berjalan keluar di sekitar hotel untuk membeli roti tawar dan air minum. Semua makanan kami bawa dari Malaysia karena banyak sekali makanan yang non halal di Bangkok. Benar-benar backpacker cucian deh, makan cuma roti sama pop mie doank hahaha.
Keesokan paginya, kami berencana pergi ke Wat Phra Kaew (Grand Palace). Namun lagi-lagi terkendala ketika menaiki bus. Kami bingung karena tidak ada tulisan latinnya. Saya sempat bertanya kepada kenek supirnya "Grand Palace?" namun si kenek menggeleng. Ntah mengerti atau tidak tau. Akhirnya saya bertanya kepada seorang mahasiswa yang kebetulan sedang lewat dan dia menunjukkan bus yang serupa (bus yang tadi keneknya geleng-geleng hadooooh >.<). Mahasiswa itu menyuruh saya untuk menggunakan kata Wat Phra Kaew bukan Grand Palace karena banyak kenek yang ga ngerti Grand Palace. Oalaaaaaah -.-
Sampai Grand Palace foto-foto narsis donk. Walau panas, tetap enjoy. Foto sama patung lah, foto sama ornamen-ornamen lah, dan melihat patung Budha kecil berwarna emas. Pulang dari Grand Palace, ceritanya kapok nih naik bus. Jadi kami memutuskan nekad pulang via sungai Chao Phraya. Ternyata menemukan tempat mangkalnya ini kapal agak jauh, kami akhirnya berjalan kaki sambil mengitari tengah kota yang banyak sekali burung-burung. Kami sempat melewati jalan jaksanya Bangkok, dimana banyak sekali turis-turis tinggal disini. Wah agak lapar nih, karena sudah menjelang siang. Akhirnya mampir ke McD. Namun ketika mengantri saya tersadar di daftar menunya semua burger menggunakan pork >.< Alhasil saya makan roti lagi roti lagi, aiiii. Jalan-jalan, foto-foto, sampai juga di Chao Phraya River. Naik perahu unyu, mengitari kota Bangkok, keciprat-ciprat air, sambil melihat view beberapa temple dari sungai.
Malamnya bingung mau kemana, sempat melihat acara TV Thai dan menonton sebuah vocal grup 3 penyanyi laki-laki, DB2B. Karena ga ngerti apa yang mereka nyanyikan, akhirnya kami coba menafsirkan apa maksud lagu ini. Lagunnya sedih yang menceritakan tentang sebuah kenangan kepada satu personilnya. Dengan bahasa tarzan kami coba menangkap maksud lagu ini. Ternyata lagu ini ditujukan untuk personilnya yang kecelakaan motor ketika pulang rekaman dan sekarang sedang koma. Kasian :( *ketika sampai di Penang, kami sempat bertanya dengan teman kami yang berkebangsaan Thailand tentang lagu ini dan ternyata personil yang koma itu sudah meninggal dunia.
Tak berlama-lama di hotel, akhirnya kami memutuskan hangout di Siam Paragon dan keliling di mall sekitarnya. Kali ini naik tuk-tuk aja deh, ga mau lagi naik bus. Saya sempat mencoba menawar ke abang tuk-tuk dengan bahasa english chinnese malay. ''3 persons, 60 bath loo'' hahaha. Akhirnya kami keliling dan masuk ke beberapa pusat belanja dan sempat beli oleh-oleh murah meriah muntah.
Keesokan paginya sebelum siang akan balik ke Penang, kami memutuskan untuk mengelilingi China Town. Ibarat masuk pasar, semua aroma ada di dalam itu dan tentu saja aduhai. Sempat membeli oleh-oleh dompet Anna Sui di sebuah toko china. Penjaga tokonya orang Thai namun sedikit kebingungan dengan pertanyaan saya. Akhirnya saya mencoba berbicara dengan toke yang punya toko dalam bahasa Inggeris. Namun saya coba untuk menyelipkan bahasa Mandarin ezeeeeeh. "Tao Cia Cien, Uncle?" (How much is this?) Si uncle terpesona dengan Mandarin saya yang ala kadar. Akhirnya saya bercerita kalau saya orang Indonesia yang kuliah di Penang dan sedang belajar bahasa Mandarin. Begitu si uncle mendengar saya kuliah di Penang, dia terkejut. Ternayata si uncle dari Penang juga :)
Setelah siap belanja, saatnya pulang. Biar ga sesat, akhirnya tuk-tuk tetap menjadi alat transportasi idola kami buat ke stasiun hahaha. Selesai membeli tiket pulang seharga (1200 Bath) akhirnya kami menunggu di ruang tunggu. Iseng melihat makanan yang di jual, ternyata nemu Sushi yang disyahkan oleh MUI nya Thailand. Alhamdulillah kami seolah-olah nemu emas permata. Setelah beberapa hari makan tak tentu, akhirnya kami makan sushi (walo ga kenyang juga hahaha). Setelah solat, akhirnya siang itu kami meninggalkan Bangkok dan estimate sampai di Penang besok sorenya. Nice trip. Khobkhun ^^
Itu tadi Nekad Traveller 2 saya. Akan ada cerita Nekad Traveller 3 destinasi Manila. So, check it out ya ^^
Kamis, 07 Juli 2011
Nekad Traveller 1
Sebenarnya ini bukan pertama kali saya travelling. Tapi bisa dibilang ini menjadi petualangan saya yang sendiri lagi (di Indonesia) setelah sekian lama ikutan tur bareng keluarga kerajaan. Setelah menyelesaikan sebuah 'misi rahasia' tahap pertama, akhirnya saya mendarat di Jakarta dan mengikuti serangkaian tur singkat bersama keluarga kerajaan selama 4 hari. Hari ke 5 berpencar dengan Kaisar Ibusuri yang melanjutkan penerbangan buat promosi album mereka. Sementara abang-abang saya kembali sibuk dengan jadwal pemotretannya. Saya kemana nih? Akhirnya saya iseng meneruskan perjalanan ke Jogja (ini bukan pertama kalinya saya ke Jogja). Terinspirasi dari buku Naked Traveller, saya pun ingin berbagi cerita perjalanan unyu kemarin. Maka postingan blog ini saya beri judul "Nekad Traveller 1" ^^
Mencari tiket on the spot di musim libur adalah tantangan. Berhubung kerajaan kami punya agen langganan yang siaga, akhirnya dapat lah si tiket itu tadi (logat Medan red) dengan harga yang lumayan miring. Niat hati supaya ga ribet bolak balik ke Soekarno Hatta, akhirnya saya mengambil jam terbang yang berbarengan dengan penerbangan Kaisar dan Ibusuri yaitu jam 18.00 WIB. Mendapat supir etnis Jawa yang totok abis dalam bertutur kata, namun kurang lihai menghadapi macetnya Jakarta (saya dan keluarga sering ngalamin yang namanya tua-tua di jalan dengan perut lapar) namun bapak itu baik hati. Si bapak mengantarkan saya ke terminal 1A dan sempat heran kenapa saya turun disitu. Ternyata dia baru ngeh kalau saya berbeda tujuan penerbangan dengan Kaisar dan Ibusuri.
Petualangan pun segera dimulai. Saya check in dengan satu bagasi. Berhubung baterai BB mulai setengah, akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke ruang tunggu dengan harapan ketemu colokan listrik. Ihiiiiiy ternyata ada colokan nganggur, tapi yang duduk dekat colokan ada seorang bapak etnis Cina dan seorang abang Arab modern. Bodo' ah, yang penting BB saya ga lowbat. Permisi ke bapak Cina dan si abang Arab, akhirnya saya duduk di antara mereka. Waaah seperti menjadi juri American Idol..!! ^^ Sempat ragu kepada mereka berdua berbahasa Indonesia dan menggunakan kata 'permisi pak, mau numpang nge-charge', akhirnya saya menggunakan bahasa Inggris 'excuse me Sir bla bla bla'. Mereka berdua menjawab dengan 'oh ya ya'.
Sambil men-charge BB, saya menghubungi Kaisar dan abang mengabari kalau saya sudah masuk di ruang tunggu. Kemudian saya BBM teman saya di Jogja, Sata meminta konfirmasi untuk menjemput saya di Adi Sucipto jam 19.00 WIB. Karena buku bacaan bahasa Inggris yang selalu saya bawa di tas masuk di koper bagasi, so I decided to kill my time with FB and Twitteran. Si bapak Cina sedang asyik bermain game di HPnya, sementara si abang Arab yang wangi semriwing sedang goyang-goyang mendengarkan lagu.
Konsentrasi saya membalas FB dan Twitter terpecah ketika HP si abang Arab berbunyi. Abang Arab kemudian mengangkatnya 'Halo, Assalamualaikum'. Saya memaklumi. Namun tiba-tiba si abang Arab ini berkata 'sek sek, neng ndi?' dan melanjutkan percakapannya menggunakan bahasa Jawa dengan totok kentalnya. Saya pun terbengong dan cepat-cepat melihat sekali lagi wajah si abang 'oi bang, ko orang Arab apa Jawa?' (logat Medan red) hahaha amazing ^^
Melihat jam, wah udah jam 17.45 tapi kok belum boarding ya? Sementara makin lama, terminal A7 semakin dipenuhi banyak penumpang. Ternyata mendapat konfirmasi bahwa pesawat Lion Air mengalami keterlambatan selama 45 menit karena alasan operasional. Ga cuma destinasi ke Jogja saja, tapi yang mau ke Surabaya dan Denpasar juga bernasib sama. Weleh, Lion "Delayed" Air. Jam terbang memang intens, satu jam sekali, tapi delayednya pun intens ya wak..!! >.< Terminal A7 tersulap seperti tempat penampungan. Ada yang duduk-duduk di lantai beralaskan tikar/koran, ada yang piknik sambil makan-makan. Kacauuuuuuuu..!! Tak berapa lama, saya mendengar pengumuman bahwa pesawat ke Jogja siap diterbangkan namun pindah ke terminal A4. Lagi-lagi kacau >.< Banyak penumpang yang marah dengan management Lion "delayed" Air ini.
Selama di pesawat tidak banyak kejadian aneh dan unyu terjadi. Begitu mendarat di Adi Sucipto, saya menghubungi Sata. Setelah mengambil bagasi dan keluar dari Airport, saatnya cari makan. Tujuan pertama ke SS (Serba Sambal), karena saya tidak menyukai makanan Jogja yang kebanyakannya manis. Jadi supaya cari aman, makan di SS yang pedes abeeeess..!! Sambil menunggu makanan yang belum kunjung datang, saya dan Sata bercerita. Namun akhirnya kami sadar bahwa aura kami sebagai orang Medan tidak bisa dibendung. Volume suara yang kurang bisa dikendalikan, mengundang beberapa pengunjung misterius melihat ke arah meja kami :P
Ketika hendak membayar, saya sedikit kewalahan dalam penyebutan manis dingin (mandi red). Jadi harus di translate dulu menjadi es teh manis. Selesai makan, menuju pulang ke Orange Kost-nya Sata. Belum lagi keluar dari SS, ada segerombolan anak mahasiswa menggodai kami berdua menggunakan slang Sumatera. Otomatis saya dan Sata memahami apa yang mereka bicarakan. Sambil tertawa bahahaha oalah dek dek, tante-tante yang kelen goda ini, kami pun menuju mobil. Sampai di Orange Kost dengan 3 pagar hijau sakti, saatnya beristirahat.
Bangun pagi menjelajah Jogja mencari sarapan. Pagi itu saya kepengen makan yang berkuah. Sata membawa saya makan Soto. Bentuk sotonya unyu ; bening, ada suir- suir ayam dan onderdil-nya, ada mie dan nasi. Eng ing eng, pas masuk mulut, manis..!! -.- Saya pun segera bernyanyi ala Smash dengan sosis So Nicenya 'ayo ayo ayo kita makan, kita makan SoNis (Soto Manis red) >.< Akhirnya saya menyiasati SoNis saya dengan garam huhuhu.
Ga khas kalau di Jogja ga ketemu sama yang namanya pengamen. Ketika makan, datang seorang abang pengamen. Dia menyanyikan lagu berbahasa Jawa yang saya sama sekali ga ngerti apa artinya. Kata Sata, lagunya itu bercerita soal cinta. Sambil makan dan mendegarkan si abang berdendang, saya benar-benar merasakan ketenangan kota ini. Semua serba lembut, enjeh-enjeh ga kayak di Medan yang semua ribak sude.
Selesai makan, saya menemani Sata membeli bahan kain untuk keperluan kawinan abangnya dan wisudanya. Sibuk mencari warna kunyit untuk keperluan kawinan, akhirnya Sata jatuh hati sama sebuah kain biru tua untuk wisudanya. Kebetulan sang mama kepengen di wisudanya nanti mereka berbaju kembar, akhirnya kami mendapat rekor bolak balik masuk ke toko kain itu. Sebelumnya sudah ada kain biru terang ala Kate Middleton, namun Sata merasa kurang sreg. Menurutnya terlalu lip lap lip lap (berkilat red). Akhirnya Sata melabuhkan pilihannya kepada kain berwarna biru gelap yang kurang berkilat. Maka jadilah Sata Middleton Kelantan wahaha..!! ^^ Keluar dari toko kain, singgah sebentar membeli minum dan permen. Namun harga permennya tidak tertera. Saya pun bertanya 'mbak ini harganya berapa?' Si mbak menjawab 'ddua ribbuu' (penekanan di huruf D sama R). Saya pun tersenyum geli ^^
Selesai urusan kain, akhirnya kami menyatukan kekuatan bersama Duo Racun (Tio dan Eko). On the way menyatukan kekuatan, ketika di lampu merah, kami mengalami insiden tabrakan. Sebuah mobil Avanza hitam seenak jidatnya mundur dengan kencang. Saya dan Sata yang kebetulan sedang melihat foto lucu di HP panik melihat mobil Avanza itu mundur kencang. Dug!! Ala di film-film, kami berdua pun pasrah dan berteriak histeris karena Sata terlambat menekan klakson. Aaaaaaaaaaa (maaf, hiperbola lebay dikit baru merepet hahaha) ^^
Jadwal sore kami isi ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di Depok (tetangganya Parangtritis). Selama di perjalanan, banyak aja cerita yang kami ceritain. Salah satunya si "anak Alay" tukang GPS info macet menjadi trend topic :P Sampai di TPI, kami pun membeli ikan. Setelah memilah-milah ikan apa ajayang mau di makan (keliatan siapa yang jarang terjun ke pasar *no mention please*) kemudian memilih tempat untuk memasaknya, maka jadilah kami makan pinggir laut sambil melihat indahnya sunset. Pulang dari Depok, kami masih juga bercerita-cerita dan topik anak Alay tetap merajai. Namun kali ini sudah ada penambahan dengan gerakan tangan. Dalamnya analisis Eko, menambahkan sebuah gerakan tangan ibarat tangan yang habis terjepit hihihi :) Sampai di Orange Kost, saatnya beristirahat ^^
Hihaaaaa Sunday Morning..!! Ayo jelajah UGM melihat ala-ala pasar malam. Saya dan Sata sarapan di sana dan ga pake mandi pagi. Setelah menjelajah dan membeli lolipop di 'pasar malam', saya sempat mendengar keluhan seorang pengunjung dengan totok Jawa-nya, "Jjera akku ke Maliboro". Lagi-lagi saya tertawa mendengarnya ^^ Pulang dari 'pasar malam' ke Orange Kost buat mandi dan makan siang. Makan siang siang itu benar-benar kalap. Nasi uduk sepuasnya. After that, saya dan Sata singgah sebentar mencari buku untuk referensi bahan kuliah saya. Setelah mendapatkan buku berjudul Teori Kritis (sebuah topik demam dangdut favorit saya), saya dan Sata kemudian menggabungkan kekuatan dengan Duo Racun buat nongkrong di Kali Milk. Sebelumnya kami sempat melewati rumah si anak Alay dan saya pun bernyanyi 'tak sengaja lewat depan rumahmu, ku melihat ada **** merah jambu' hahaha ^^
Malam hari agenda kami isi dengan berkaraoke di Inul Vista. Lagu lawas, lagu ngabisin listrik mamak, lagu smash, lagu patah ati, lagu duet sampe lagu dangdut kami hajar. Paling seru di sesi lagu dangdutnya Lolita yang berjudul Alay. Pada awalnya saya tidak familiar dengan lagu ini. Namun terikut-ikut Sata bernyanyi, akhirnya kami mengubah nada lagu ini dengan aransemen kami sendiri ^^ Pulang ke Orange Kost dan beristirahat.
Keesokan harinya, agenda di isi dengan mencari titipan. Ketika mencari parkir, si bapak tukang parkir ngomong pake bahasa Jawa. Adoooh, ora ngerti aku pak. Saya sempat merepet sama Sata "kenapa sih mereka ga gunain bahasa Indonesia aja? Masak semua di bantai pake bahasa Jawa? Jogja ini banyak pendatang, bukan dari Jawa aja". Selesai berpanas-panas, saatnya ngadem di Ambarukmo Plaza. Tiba-tiba muncul ide untuk nonton Insidius di XXI karena penasaran. Alhasil saya dan Sata nekad nonton film yang kata orang seram dan mengejutkan ini. Kami mengambil film jam 21.15 kerana sebelumnya sudah ramai. Dan benar, begitu film main terdengarlah jeritan-jeritan penonton termasuk kami berdua. Beberapa penonton ada yang sampai mengucap "Allahuakbar-Allahuakbar" hahaha ^^ kacau bah, hantunya di dalam film loooo mbak, bukan di depan mata -.- Penonton di kursi belakang saya juga berkomentar dengan logat Jawanya 'itu itu ada bocah cilik'. Saya pun langsung tertawa mendengar logatnya. Film hantu pun berubah menjadi film komedi ^^
Last day in Jogja. Saatnya pulang. Lagi-lagi Lion 'delayed' Air. Benar-benar kacau, semua penerbangan delayed semua..!! Ada salah satu penumpang bapak-bapak marah di kaunter meja Lion Air. Bapak-bapak itu emosi ingin bertemu dengan perwakilan Lion Air untuk mengatasi masalah ini. Ternyata ga selesai di meja saja, bapak-bapak ini juga melanjutkan amarahnya sampai ke dalam pesawat. Bapak-bapak itu sepertinya kesal dengan sikap pramugari Lion yang menurut saya keterlaluan memberikan jawaban. Wew -.-
Well, itu tadi sekilas cerita dari Nekad Traveller saya. After this ada beberapa cerita perjalanan saya lainnya yang tidak kalah konyolnya. Saya hanya menulis beberapa destinasi dengan pengalaman yang unyu di postingan berikutnya dengan judul Nekad Traveller 2. Check it out ya ^^
Rabu, 13 April 2011
Majulah Indonesia...!!!

Postingan ini terinspirasi dari sebuah tulisan dari detik.com yang saya baca di twitter, sebuah tulisan yang berjudul "SBY Tak Rela Bangsa Indonesia Jadi Pembantu di Luar Negeri". Inti dari tulisan itu adalah, presiden bertekad memperluas lapangan pekerjaan di dalam negeri. Sebagai bangsa, sebagai sesama WNI, kita merelakan saudara kita bekerja di luar negeri untuk sektor-sektor yang professional dan skill worker. Tapi kalau arahnya ke pinata rumah tangga, kita harus berusaha, harus bertekad untuk menguranginya. Ini sudah rasa nasionalisme, rasa kebangsaan dan rasa solidaritas. Untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, SBY mengatakan proyek koridor ekonomi yang menyerap dana ribuan triliun diharapkan bisa berlanjut. Kalau itu tumbuh, pada tahun-tahun mendatang, rasanya tidak perlu saudara-saudara kita menjadi TKI apalagi di sektor jasa rumah tangga.
Menanggapi tulisan di atas, saya melihat ada sebuah niat baik dari pemerintah. Tapi apakah faktanya dapat terealisasi? Atau ini hanya akan menjadi janji-janji saja? Saya bingung melihat kinerja pemerintah yang selalu tidak pernah fokus dan tidak pernah tuntas menangani masalah di negara ini. Belum tuntas satu masalah, sudah heboh mengurusi masalah lainnya (malah sering membuat peralihan isu). Begitu seterusnya. Alhasil semuanya telihat mengambang.
Sebagai rakyat, saya sadar, tidak seharusnya saya terus menerus mengkritik dan menyalahi pemerintah. Tapi pesimis rasanya melihat cara penyelesaian yang selalu terkesan aneh dengan hukum yang sering membuat kita tercengang. Segenggam kekuasaan lebih berarti dari sekeranjang kebenaran, dimana penguasa bisa merubah sejarah dan memutarbalikkan fakta. Bukan rahasia lagi, banyak fakta dimana ketika pemerintah dianggap tidak cukup capable oleh sebagian besar kelompok masyarakat, maka setiap kebijakan publik yang diputuskan tidak akan efektif dalam menyelesaikan setiap masalah publik yang dihadapi. Disintegrasi politik sebagai wujud ketidakpuasan terhadap kinerja (performance) pemerintah juga turut mengurangi dukungan komunitas politik.
Saya dengan lantang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara aneh! Bukan saya tidak cinta dengan negara ini. Kakek saya adalah pejuang kemerdekaan. Darah membela bangsa, mengalir deras di dalam tubuh saya. Saya melihat keanehan di negara ini melalui jurang kehidupannya. Yang hidup miskin melarat banyak, yang kaya raya pun tak kalah banyaknya. Bisa digambarkan tentang kapabilitas simbolik, para elit politik gagal melakukan empati diri di tengah kemiskinan yang berlangsung akut. Mereka hidup dengan gaji dan gaya yang berkecukupan bahkan lebih, sementara pada waktu bersamaan sebagian besar masyarakat hidup dalam kekurangan dan penderitaan yang mengenaskan. Dimana letak hati nurani elit politik kita? Ntah lah. Banyak ketidakadilan yang harus diemban oleh rakyat. Kasus yang menjepit rakyat miskin dibiarkan berlarut-larut tanpa kejelasan dari pemerintah. Meskipun ada perubahan pada masa reformasi, tapi orientasi yang menempatkan pejabat publik dan birokrasi sebagai penguasa dibandingkan sebagai abdi rakyat masih belum cukup kuat.
Saya sudah kehabisan kata-kata untuk melukiskan keadaan negara ini. Negara yang mempunyai potensi besar sebagai negara pengekspor, malah terbalik menjadi pengimpor tertinggi dunia. Negara yang seharusnya kuat, malah menduduki urutan 3 besar negara terkorupsi di dunia. Kekayaan sumber daya alam yang kita miliki sangat berpotensi, namun kenapa kita masih tetap miskin dan terbelakang? Selain rendahnya kemampuan teknologi, kurangya tenaga kerja yang terampil, problema terbesar lainnya adalah ketiadaan elit politik yang bersih dan mempunyai integritas. Korupsi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa korupsi adalah satu bentuk surviving in life dan way of life masyarakat Indonesia. Oh Tuhan! Korupsi justru memiskinkan negara dan masyarakat dalam skala luas. Jadi, apakah kita harus bangga atau malu sebagai warga negara Indonesia?
Menurut saya, wajar saja kalau negara-negara luar sering menyepelekan bangsa Indonesia. Budaya politik yang masih tetap bercorak patrimonial, berorientasi pada kekuasaan dan kekayaan dan sangat paternalisik justru menyebabkan bangsa Indonesia sering mendapat perlakuan tidak adil dan dipandang sebelah mata. Kasus dengan negara tertangga contohnya yang tidak pernah kunjung usai sampai sekarang. Kenapa mereka sering sekali menyepelekan Indonesia? Karena kita tidak tegas! Salah siapa? Ya salah kita! Kenapa kita bodoh dan miskin? Itu saja intinya. Bangsa kita hanya jadi kacung yang disiksa, dijajah, jadi hamba dan kuli. Sungguh ironis.
Kasus lain yang sempat membuat saya makan hati, ketika ingin membuat visa ke Perancis. Kebetulan ibu saya memakai jilbab. Pemerintah Perancis membuat peraturan bahwa pas photo harus memperlihatkan telinga. Sebagai seorang muslim, hal ini benar-benar tidak bisa saya terima. Telinga adalah salah satu aurat bagi kaum wanita. Apakah etis, gara-gara mau ke Perancis, seorang muslimah harus menanggalkan jilbabnya? Saya kesal dengan peraturan ini. Kenapa pemerintah Indonesia diam saja? Seharusnya hal ini bisa dirundingkan baik-baik dengan pemerintah Perancis agar dapat memberi toleransi sedikit dan menghormati warga Indonesia yang mayoriti adalah kaum muslim. Pemerintah Indonesia seharusnya tegas memberlakukan peraturan yang kuat juga. Disini kita terkesan kita takut, angguk-angguk, iya iya saja dengan peraturan yang datangnya dari luar. Sampai kapan bangsa ini mau diatur dan disemena-menakan negara lain? Coba tanya hati kita sendiri...
Rabu, 23 Februari 2011
The Marriage of Prince Willnano & Nal Kate Middleton

Lama tak terdengar tentang kehidupan Mentengham Kingdom. Seiring berjalannya waktu, sekarang anggota keluarga kerajaan Mentengham sedikit berpencar-pencar keberadaannya. Hanya beberapa personil saja yang sering berkumpul bersama. Queen Mamisabeth masih tetap awet muda karena selalu makan bak pao Bibi Lung. Anak dan menantu Queen Mamisabeth pula sekarang terbilang sibuk mengurusi karier masing-masing. Sementara cucu-cucu kesayangannya, Prince Willnano dan Prince Hendry telah tumbuh menjadi seorang remaja-dewasa.
Kalau Buckingham sedang heboh mempersiapkan pernikahan Prince William dengan Catherine Middleton, Mentengham juga tidak kalah hebohnya. Ini bukan gosip lagi, namun sekarang telah ada pemberitahuan resmi dari pihak kerajaan Mentengham. Sesuai dengan tagline Mentengham “tak ada kabar yang tak Mentengham kabari, karena Mentengham kabar kabari” maka resmilah Prince Willnano mengenalkan calon isterinya, Nal Kate Middleton seorang gadis yang bukan berdarah biru.
Cerita kali ini lumayan panjang (sambungan dari Royal Family Mentengham, United Rangersland Kingdom) yang tidak hanya fokus pada kisah Willnano dan calon isterinya, tapi juga ada beberapa cerita yang telah terjadi selama ini. Kita mulai ya. Here we go!
Setelah Camnila Flo Parkir dan Nicky Dipayet dipulangkan ke Jambi dan membuat usaha tempoyak, ternyata mendorong semangat Nicky Dipayet sebagai B.J (Bujang Jambi) untuk merubah kehidupan yang lebih baik. Nicky Dipayet mengikuti suatu ajang mencari bakat dalam hal tarik suara. Ketika mengikuti ajang ini, Nicky Dipayet merubah namanya menjadi dua nama yaitu Nickril Irham dan Britnicky Spears agar lebih menjual. Namun ketika ajang ini, Nicky Dipayet memakai nama Britnicky Spears. Dengan bantuan guru vokal pribadinya yang bernama Andre Stinky, Nicky Dipayet selalu mendapat dukungan terbanyak dari penonton dan akhirnya mengantarnya menjadi seorang pemenang. Sejak saat itu, Britnicky Spears melejit bak superstar dengan lagunya “laki”.
Di belahan dunia sebelah kiri, ternyata terjadi satu cerita baru. Setelah Paparazi didepak dari kehidupan Mentengham dan akhirnya memutuskannya berjualan nasi goreng di Beautiful Hut, membawanya menjadi seorang yang kaya mendadak. Takdir telah merubah nasibnya gara-garanya tidak sengaja terekam di kamera Toloong dan menang undian Tau Tau Sinting. Setelah menjadi orang kaya, Paparazi merubah gaya hidupnya. Paparazi kemudian berganti nama menjadi Paris Hoton seorang calon ahli waris dari Hot Hotels Corporation yang sangat kaya raya. Segala bidang bisnis Paris Hoton coba kuasai dan berangan-angan ingin menjadi seorang produser dalam bidang tarik suara. Akhirnya Paris Hoton coba membentuk group SM*SH yang berisikan 7 laki-laki ganteng untuk diorbitkan. Karena dendam ala Nyi Lapet yang belum terbalaskan, Paris Hoton yakin kalau ini saatnya yang tepat untuk mengobrak abrik kembali Mentengham. Dengan penampilan barunya serta berbekal ilmu wedhus gembel yang selama ini dia timba, Paris Hoton berhasil menghipnotis Prince Sapiles, Prince Willnano, Prince Hendry, Prince Efronward, Ki Seker dan mengajak Nicky Dipayet bergabung ke dalam SM*SH.
Ketika Nicky Dipayet menandatangani kontrak di kediaman Paris Hoton, ternyata partner setianya Camnila Flo Parkir ikut menemani Nicky Dipayet. Dengan akal liciknya, Paris Hoton meminta Camnila Flo Parkir menjadi manager SM*SH karena Paris Hoton akan bergabung menjadi personil terakhir di SM*SH. Dengan kata lain, sebagai aktor intelektual yang akan mengacaukan Mentengham, Paris Hoton memanfaatkan Camnila Flo Parkir yang terlihat sangat lugu. Prince Willnano yang terikut hipnotis wedhus gembelnya Paris Hoton sangat bersemangat bergabung di SM*SH karena Prince Willnano sangat mengidolakan Britnicky Spears dan Paris Hoton. Bergabung bersama mereka merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk Prince Willnano.
Menjelang hari pernikahan cucunya, Queen Mamisabeth agak kebingungan karena Prince Sapiles, Prince Willnano, Prince Hendry, Prince Efronward dan Ki Seker malah terlihat jarang di Mentengham. Queen Mamisabeth melihat ada yang tidak beres dengan sikap anak, cucu dan menantunya. Fikiran mereka seperti kosong seperti sedang mengikuti suatu perintah. Maka Queen Mamisabeth coba mencari tahu ini semua.
Di suatu siang, ketika selesai mengatur urusan taratak, Queen Mamisabeth yang sedang batuk-batuk menyalakan televisi. Alangkah terkejutnya Queen Mamisabeth melihat anak, cucu dan menantunya bernanyi sambil joget-joget menggunakan kostum hero muncul di televisi. Queen Mamisabeth kemudian membaca tulisan SM*SH dan mencari tahu arti SM*SH. Ternyata (Seven Maho As Seven Hero). Queen Mamisabeth kemudian murka dan segera mengutus satpam Mentengham menyuruh anak, cucu dan menantunya pulang. Sesampai di Mentengham, Queen Mamisabeth langsung menghukum Prince Sapiles, Prince Willnano, Prince Hendry, Prince Efronward dan Ki Seker dengan hukuman ala imajinasi yaitu menjeburkan mereka tengah malam di Danau Toba bertelanjang dada. Tenyata hukuman ini berhasil melepaskan hipnotis wedhus gembelnya Paris Hoton.
Pelan-pelan Queen Mamisabeth mencari tahu siapakah Britnicky Spears dan Paris Hoton ini sebenarnya. Dan ternyata fakta pun terungkap. Mereka adalah Nicky Dipayet dan Paparazi yang menyamar. Karena tidak mau dihukum hanya berdua, Nicky Dipayet dan Paparazi menyeret Camnila Flo Parkir dalam kasus ini. Sungguh malang nasib Camnila Flo Parkir di kerjai dua laki-laki ini. Kerana ini adalah kedua kalinya mereka bertiga mengacaukan kehidupan Mentengham, maka Queen Mamisabeth memberikan hukuman berat untuk mereka bertiga. Paparazi dipasung dan di masukkan ke dalam sel bersama-sama orang gila, Nicky Dipayet di penjara 3,5 tahun (biar sama sama Ariel) dan Camnila Flo Parkir dibuang lagi ke Jambi.
Berdasarkan cerita di atas, dapat disimpulkan, banyak sekali pihak-pihak yang ingin mengacaukan Mentengham, sampai-sampai saat menjelang hari bahagia Prince Willnano pun, masih ada kasus yang harus ditindak tegas oleh Queen Mamisabeth. Dengan kekuatan bulan yang dimiliki Queen Mamisabeth, akhirnya pihak kerajaan kembali fokus mempersiapan acara pernikahan Prince Willnano.
Calon isteri Prince Willnano, Nal Kate Middleton, lahir 5 Januari 1989, pada awalnya adalah gadis pilihan Ibunda dan Nenek Prince Willnano. Keberadaan Nal Kate selama ini tidak dipublish oleh kerajaan Mentengham karena kehidupan cerita cinta Prince Willnano juga tidak pernah diketahui a.k.a misterius. Hal inilah yang mendorong Ilma Dispenser dan Queen Mamisabeth bergerak cepat mencarikan gadis yang tepat untuk Prince Willnano yang saat ini sedang sibuk menimba ilmu. Niat untuk menjodohkan Prince Willnano baru-baru saja terlintas di fikiran Ilma Dispenser dan Queen Mamisabeth. Ilma Dispenser dan Queen Mamisabeth selalu berdiskusi tiap malam, siapakah calon yang cocok bergabung dengan keluarga kerajaan Mentengham nantinya. Sempat ada beberapa nama di-listkan. Namun calon-calonnya konyol semua. Ilma Dispenser dan Queen Mamisabeth menginginkan calon yang mempunyai kepribadian baik dan sopan. Akhirnya jatuhlah pilihan kepada seorang gadis bernama Nal Kate, karena Ilma Dispenser telah mengenal dan mengerti latar belakang dan sepak terjang kehidupan Nal Kate.
Tanpa sepengetahuan Ibundanya, ternyata Prince Willnano sudah jatuh cinta dengan seorang gadis sederhana, pintar, baik, care dan lemah lembut. Gadis tersebut adalah teman sekolahnya dan merupakan CCC (Cinta Cenat Cenut) Prince Willnano. Prince Willnano merasa khawatir karena gadis yang dia sukai berasal dari keluarga biasa-biasa saja dan takut hubungannya ditentang oleh pihak kerajaan. Maka, Prince Willnano memutuskan untuk backstreet. Tiap malam, Prince Willnano mendengarkan lagu Aishiteru‘Walau raga kita terpisah jauh, namun hati kita selalu dekat dan bila kau rindu pejamkan matamu dan rasakan a a a aku. Kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh, terhapus ruang dan waktu, percayakan kesetiaan ini, pada ketulusan a a ai aishiteru.’
Suatu malam ketika sedang asik mendengarkan lagu ini, tiba-tiba Ilma Dispenser mendatangi kamar Prince Willnano. Dengan lemah lembut, Ilma Dispenser coba mengajak Prince Willnano berbicara tentang tawaran perjodohan dengan gadis pilihan yang telah dipersiapkannya. Prince Willnano sedih, karena sebenarnya dia telah memilih gadis teman sekolahnya untuk dijadikan pendamping hidupnya kelak. Namun di sisi lain, Prince Willnano tidak kuasa menolak tawaran lembut Ibunda tercintanya.
Sejak saat itu, Prince Willnano suka murung dan mengambil keputusan untuk menjauhi gadis yang dicintainya. Sementara gadis yang dia cintai, juga merasa tertekan karena dirinya pun telah dipersipakan seorang calon lelaki yang baik. Saat itu pula, terdengarlah soundtrack “Takdir’ yang dinyanyikan Desy Ratnasari dan gugurlah daun-daun kering mengiringi langkah mereka berdua.
Akhirnya tibalah hari lamaran yang dinanti-nantikan. Prince Willnano berusaha tersenyum di hadapan para tamu agar tidak mengecewakan ayah, ibu dan neneknya. Ketika calon isterinya memasuki ruangan, alangkah terkejutnya Prince Willnano melihat siapa calon isterinya. Ternyata dia adalah gadis yang selama ini dia cintai yaitu Nal Kate. Spontan acara lamaran jadi hiruk pikuk karena kedua pasangan ini loncat-loncat kegirangan minta dikawinkan. Queen Mamisabeth, Prince Sapiles, Ilma Dispenser serta Mr. Dan Mrs. Middelton tersenyum bahagia melihat mereka berdua. Yang tadinya coba-coba dikasi mangga, namun akhirnya manggis di dapat. Dengan kata lain, Prince Willnano berhasil mendapatkan hati Nal Kate. Prince Willnano menginformasikan kepada keluarga besarnya tentang keseriusannya dan juga dalam rangka permintaan restu dari Ayah Nal Kate. Prince Willnano meminta Nal Kate untuk menikah dengannya dan menyiapkan pernikahan kerajaan yang paling diantisipasi sejak Prince Sapiles dan Ilma Dispenser menikah beberapa puluh tahun yang lalu.
Ketika lamaran, Prince Willnano memberikan kalung Burung Hantu kepunyaan Ibunya kepada Nal Kate sebagai pengikat cinta mereka. “Ini kalung kesayangan ibuku, sudah pasti ini istimewa buatku’. Nal Kate kemudian memamerkan kalung Burung Hantu berwarna kuning emas kucel bertatahkan dua batu hitam yang tergantung manis di lehernya. Kalung Burung Hantu tersebut adalah kalung kesayangan Ilma Dispenser karena itu merupakan pemberian dari Prince Sapiles ketika ulang tahunnya yang ke 2* tahun. Pada waktu itu, sebenarnya ada acara tukar-tukaran kado (sepatu untuk Prince Sapiles dan kalung untuk Ilma Dispenser) karena kebetulan hari ulang tahun Prince Sapiles dan Ilma Dispenser hanya beda 2 hari saja. Ketika tanggal 28 (hari H ulang tahun Ilma Dispenser), Prince Sapiles dan Ilma Dispenser hanya menghabiskan waktu makan malam karena Prince Sapiles lagi tidak ada duit (aiii bayaeh hahaha) dan kebetulan pula keesokan harinya, Ilma Dispenser harus pergi ke Bangka Belitung. Untuk membeli kalung Burung Hantu yang waktu itu terbilang susah di dapat, dilakukan pemesanan online. Tidak seperti sekarang, banyak sekali kalung Burung Hantu plagiat yang beredar di pasaran. Harga kalung Burung Hantu tersebut sampai saat ini dirahasiakan oleh pihak kerajaan Mentengham. Terinspirasi dari cerita ayah ibunya, maka Prince Willnano ingin kalung Burung Hantu itu turun kepada Nal Kate agar mereka dapat dekat selamanya.
Sebenarnya kalung Burung Hantu Ilma Dispenser ini tidak diwariskan kepada Prince Willnano, melainkan kepada sang adik, Prince Hendry yang pada waktu itu sudah ngebet sekali sama pacarnya yang dulu. Namun sejak pertikaian rumah tangga Prince Sapiles dan Ilma Dispenser dengan hadirnya Camnila Flo Parkir, Nicky Dipayet serta Paparazi, membuat lempeng kerajaan bergeser sedikit ke kanan. Prince Sapiles membawa Prince Willnano dan Prince Hendry ke kediaman Ilma Dispenser di White House. Di sana, kedua bersaudara itu diperkenankan memilih benda-benda milik Ilma Dispenser. Prince Hendry memilih kalung-kalung koleksi Ilma Dispenser termasuk kalung Burung Hantu, sementara Prince Willnano lebih memilih ciki, cokelat, bombon, wafer, minuman ringan, dan agar-agar karena kegemaran Ilma Dispenser yang hobi jajan ke supermarket. Lantas, bagaimana kalung yang sudah menjadi milik Prince Hendry bisa berakhir di leher Nal Kate? Prince Hendry tidak mempermasalahkan hal ini karena dia dengan pacarnya terdahulu saat ini tidak bersama lagi. Prince Hendry berfikir, siapapun wanita yang akan duduk di samping raja, pantas memakai kalung itu.
Nal Kate menghabiskan masa kanak-kanak sampai remajanya di Terong Palace, Pringgan sebuah kawasan di pusat Young Iskandar. Nal Kate adalah anak tunggal orangtuanya. Ketika menamatkan pendidikan menengah atas, Nal Kate memutuskan untuk meneruskan pendidikan universitas di UK*. Setelah 4 tahun dan akhirnya menyelesaikan pendidikannya, Nal Kate kemudian bekerja di Wisma Nusantara DP* tetapi telah meninggalkan kantor ini baru-baru saja karena lebih tertarik menjadi seorang auditor. Sementara Prince Willnano masih aktif di Fisip Air Force dan harus mengikuti beberapa pelatihan agar dapat melanjutkan ke level yang lebih tinggi.
Ilma Dispenser adalah calon ibu mertua Nal Kate. Keduanya sudah sangat akrab ketika mereka saling menyapa di YM. Setelah membeli BB, Ilma Dispenser dan Nal Kate akhirnya pindah lapak dan berkirim kabar via BBM. Secara tidak sadar, sebenarnya Ilma Dispenser pernah bertemu dengan Nal Kate. Namun ketika itu momentnya hanya menonton Harry Potter. Waktu itu Ilma Dispenser dan Prince Sapiles datang terlambat ke bioskop. Ketika selesai menonton, Ilma Dispenser baru sadar kalau Princes Pinnae dan teman-temannya menonton juga. Ilma Dispenser kemudian bersalaman dan berkenalan dengan mereka satu-satu. Ternyata salah satunya ada Nal Kate. Nal Kate aware dengan keberadaan Ilma Dispenser, namun Ilma Dispenser yang tidak aware (maklum artes hihihi). Sebuah angin akhirnya membawa Ilma Dispenser dan Nal Kate menjadi dekat, dan YM lah yang menjadi saksi semuanya.
Ketika Nal Kate mendapat libur dari tugasnya, Nal Kate dan Ilma Dispenser akhirnya bertemu kembali. Kali ini Ilma Dispenser telah berjanji akan mengingat Nal Kate sebaik-baiknya. Pertemuan mereka berlangsung di sebuah tempat makan (eskrim) yang waktu itu Princes Pinnae juga hadir bersama 2 orang teman Nal Kate, Tanuja dan Jaya Citra. Disitulah untuk kedua kalinya mereka bertemu, bahkan Ilma Dispenser hadir pada perayaan ulang tahun Nal Kate tahun ini. Sebagai calon mertua, Ilma Dispenser memberikan sejumlah wejangan kepada Nal Kate. Ilma Dispenser yang mendapat gelar White House Rose tampaknya akan menjadi penasihat vital untuk Nal Kate menjelang pernikahan keluarga kerajaan dengan Prince Willnano.
Saat ini, pihak kerajaan telah estafet menyebarkan undangan. Undangan Prince Willnano dan Nal Kate di desain khusus oleh Ilma Dispenser. Banyak tamu terhormat yang akan Queen Mamisabeth undang dan akan hadir di acara pernikahan ini, salah satunya yaitu Mr. Barrack Obama dan Isteri. Queen Mamisabeth sebagai yang punya acara, berencana melaksanakan pernikahan cucunya di Mentengham di antara cuaca hujan sebentar panas, saat musim-musimnya orang sakit pilek, batuk dan demam. Dari urusan katering, dekorasi, bookingan satpam depan yang pernah memerli Ilma Dispenser, sampai kibot mak lampir telah dipersiapkan oleh Queen Mamisabeth. Peristiwa ini diyakini bakal jadi peristiwa kerajaan terbesar, bahkan lebih besar dari upacara pernikahan Prince Sapiles dan Ilma Dispenser karena pada hari pernikahan cucunya ini bakal menjadi hari libur umum di sepanjang alam raya. Queen Mamisabeth sebagai nenek merasa sangat senang untuk Prince Willnano dan Nal Kate. Seandainya (alm) Prince Orlando Bloom masih ada di tengah-tengah keluarga kerajaan, beliau pun akan turut senang. Sejauh ini semua persiapan telah dipersiapkan dengan rapi. Mamisabeth juga telah membuat black list orang-orang yang tidak boleh menghadiri acara pernikahan cucunya nanti. Mereka adalah Camnila Flo Parkir, Nicky Dipayet dan Paparazi. Kapok kelen kan woi? ^_^
Pengalaman Membuat Surat Keterangan Berbadan Sehat Jasmani dan Rohani serta Bebas Narkoba di RSU Pirngadi Medan
Tanggal 26 Juli 2019, sekitar jam 9 pagi saya mendapat WA dari bagian kepegawaian kampus untuk melengkapi berkas salah satunya adalah mengur...
-
Tanggal 26 Juli 2019, sekitar jam 9 pagi saya mendapat WA dari bagian kepegawaian kampus untuk melengkapi berkas salah satunya adalah mengur...
-
Stereotipe Gender (Wanita) dalam Iklan Media Massa Kebanyakan kajian-kajian yang menjadikan wanita sebagai objek pengamatannya, mendapat...